headline photo

Benua Atlantis Itu Ternyata Indonesia

Rabu, 30 Desember 2009

Prof. Arysio Santos

Beberapa waktu lalu ada seorang teman memasang status di FB, dia mengatakan bahwa ternyata Indonesia merupakan benua Atlantis yang hilang berdasarkan temuan dan penelitian seorang geolog dan juga fisikawan nuklir asal Brasil yang telah melakukan penelitian selama kurang lebih 30 tahun. Kami tertarik dan mencari informasi lengkapnya di internet.

Lantas apakah kita patut berbangga atau justru cemas mengingat hilangnya benua Atlantis itu sendiri diakibatkan serentetan letusan gunung berapi secara serentak, mengakibatkan gempa, pencairan es dan banjir, dimana sebagian dari gunung itu kini telah aktif kembali.

Adanya benua Atlantis ini pertama kali dikemukakan oleh Plato (427 – 347 SM). Dia menyatakan bahwa puluhan ribu tahun yang lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Arysio Santos, sang ilmuan, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, dia menghasilkan buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu Indonesia. Sistem terasiasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Perhatikan Checklist yang ditampilkan dari perbandingan berikut dan lihatlah pada kolom The East Indies (India dan Indonesia) yang menampilkan kecocokan 100%:


Klik gambar untuk memperbesar

Teori Plato mengatakan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliputi oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung yang meletus saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Plato juga menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, dan lain-lainnya. Ada perbedaan pandangan antara Santos dan Plato mengenai lokasi Atlantis. Simak laporan lengkapnya yang sudah kami sediakan  di bawah.

Bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencara, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya**

Seperti ditulis oleh Prof. Dr. H. PRIYATNA ABDURRASYID, Ph.D. (Direktur Kehormatan International Institute of Space Law (IISL), Paris-Perancis.

Download laporan selengkapnya disini.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters