headline photo

SELAMAT TAHUN BARU 1432 H.

Rabu, 08 Desember 2010


Pergantian tahun selalu menjadi momen yang pas untuk mengevaluasi diri. Sudahkah kita lakukan semua aktivitas kita dengan sepenuh hati. Tahun Baru Hijriah adalah momentum yg pas untuk mengoreksi lembaran hidup kita menuju ke arah yang diridoi-Nya, sebagaimana hijrahnya Nabi SAW. dari Mekah ke Madinah untuk keperluan dakwah kepada-Nya. Peristiwa hijrah itu diabadikan menjadi permulaan tahun Islami. Dari sanalah Dakwah Islam terus berkembang....


SELAMAT TAHUN BARU HIJRIAH 1432 H.  SEMOGA HIDUP KITA KIAN BERKAH. AMIEN!!

HILANG MENELAN WAKTU (INTERMEZO)

Jumat, 26 November 2010




sesuap nasi permisi keluar
tak sempat memburu badai
terburai tapung tawar
basah terkurung bulan terus berlari


sebutir padi semusin menanti
menitis musim menghitung teliti
serombongan burung baca puisi
jauh jelajah perjamuan duka saat berhenti


sebutir padi terjerat benalu
musim berlalu kuali penuh galau
tersisa asa hidup senda gurau
hilang menelan waktu



Ben., He, Banjarbaru, 29 Oktober 2010

SELAMAT IDUL ADHA 1431 H

Rabu, 17 November 2010



Sebuah perenungan tentang cinta yang tertinggi yang hanya milik-Nya. Cinta yang melebihi cinta kepada apapun di dunia ini.

KEBAIKAN ITU ABADI

Jumat, 12 November 2010


Mari kita bertaruh, mau jadi orang baik atau jadi orang jahat. Kita amalkan kebaikan selama hidup kita dan mengikuti semua yang baik-baik lalu kita mati. Ternyata cerita tentang kedatangan dua malaikat mungkar nakir di alam kubur serta adanya pengadilan di hari kiamat benar ada, kita tentu beruntung. Bila ternyata tidak ada, kita tetap tidak rugi karena setiap kebaikan, yang tulus tentu saja, pasti menentramkan hati. Hidup tentram damai dinamis mengikuti alur hidup seperti air yang mangaliri alur sungai sampai tiba di laut sebagai pemberhentian terakhir, siapa tidak mau?

Atau kita berbuat sesuka hati kita, apapun yang bikin senang dan happy, tidak peduli merugikan orang, berfoya-foya dan berpesta tak peduli perintah agama, sekali lagi yang penting happy, hidup hanya sekali kan? lalu kita mati dan mendapat kunjungan mungkar nakir dengan rupanya yang angker, mau apa? 

Atau mungkin mereka berdua tidak datang tapi pengadilan akherat ternyata ada, mau apa kita? Yang konon kelak mulut kita ini akan dikunci digantikan perannya oleh tangan lalu disaksikan oleh kedua kaki kita yang akan bersaksi apa adanya. Tidak dikurangi sedikitpun tidak ditambahi sedikitpun. Apa yang bisa kita perbuat kala itu?

Atau katakanlah negeri akherat hanya dongeng dan pelengkap dongeng sebelum tidur saja, ahai bebasnya. Kepuasan tiada tara waktu kita melakukan kejahatan di dunia benar-benar punya arti.

Lalu kita yang sibuk berbaik-baik di dunia ini akan berkata: "Jadi begitu saja? Kita sekuat tenaga menghindari kejahatan, berbuat 'kebajikan', berpaling dari yang enak-enak yang dilarang karena takut peradilan akherat yang katanya maha adil, tak berguna? Kita berjuang untuk bersikap dan berbuat iklas di saat semua orang sibuk cari muka, itu juga lewat? Bablas wesewesewes. Nasib!"

Ah! tidak perlu begitu juga, coba kita mengingat orang-orang purba dahulu, yang hidup sebatas hidup, berburu, bercocok tanam, berkembang biak, tidak pernah ada seruan kepada jalan Allah, menyembah apa saja, tidak peduli ada apa setelah mereka mati, kemana akan kita golongkan mereka. Dan masuk golongan manakah mereka kalau pengadilan akherat ternyata ada?

Jadi bagaimana? Kita lebih percaya jika hari pembalasan itu ada atau tidak? Kalau tidak percaya dan kita terlanjur menyia-nyiakan kehidupan dunia ini untuk berbuat sesuka hati kita, lalu ternyata hari pembalasan itu ada! Itu namanya rugi di atas rugi. Kemalangan berlipat-lipat. Kehidupan akherat yang abadi melintasi hari minggu bulan tahun abad milenium hingga tak terhingga tahun kita tukar dengan kehidupan dunia yang hanya puluhan tahun. Apalagi yang bakal kita sebut selain celaka!

Atau kita percaya, dan kita mengisi kehidupan dunia ini dengan ajaran yang telah disyariatkan, setiap waktu, setiap tempat, dan ternyata hari pembalasan itu tidak ada! Apakah rugi? Apa akan kita sebut orang-orang ini?
  
Kami sendiri tidak berani bertaruh, dan lebih senang menerima kenyataan bahwa bagaimanapun berbuat kebaikan itu lebih aman. Lebih abadi! Kami lebih tentram mengimani firman-Nya:

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (QS. Al-Hajj: 5)

Kebaikan yang abadi bagi kita muslim adalah kebaikan yang dilandasi iman kepada Allah. Tanpa itu kebaikan hanya berputar-putar di dunia mengikuti perputaran bumi dan tak pernah sanggup menembus pintu langit!

HAJI SEBAGAI BUKTI ISLAM YANG UNIVERSAL

Jumat, 29 Oktober 2010


Islam tidak mengenal ras, kasta dan lain-lain yang membedakan kemuliaan seseorang dari lainnya di 'mata' Allah. Konsep Islam sangat tedas: "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu." Karena itu, ketika berbicara hukum, tak ada seorang manusiapun yang istimewa.

Mengenai taqwa sebagai ukuran kemuliaan seseorang, Nabi memberi penekanan:
"Hai ummat manusia! Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah satu. Ingatlah! Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang lain Arab; tidak pula ada kelebihan bagi orang lain Arab atas orang Arab; tidak juga ada kelebihan orang yang berkulit merah atas orang kulit hitam; dan tidak pula orang kulit hitam atas orang kulit merah, melainkan lantaran taqwa, sebab sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah yang paling bertaqwa kepada Allah." (Riwayat Baihaqi)

Konsep ini berimbas signifikan. Seorang muslilm sejati tidak mungkin bersikap rasis, tidak memandang orang berdasarkan status yang disandangnya atau kekayaan yang dimilikinya karena baginya yang terpenting adalah hatinya. Sebagaimana taqwa bermarkas di hati. 

Konsep ini berlaku juga dalam semua prosesi ibadah, mulai sahadat, sholat, puasa, zakat dan ibadah haji. Dalam haji, prinsip Islam sebagai agama bagi seluruh alam menemukan momentumnya.

Jika dalam salat lima waktu misalnya kita dianjurkan untuk berjamaah yang berarti rahmat dalam skop lokal sampai membesar ketika jamaah Jum'at seminggu sekali. Kemudian untuk area yang lebih luas kita berjamaah Idul Fitri dan Idul Adha setahun sekali. Maka haji adalah perwujudan rahmat bagi seluruh dunia. Umat muslim dari segenap penjuru dunia berbaur untuk memenuhi panggilan Allah sesuai tata cara yang telah diajarkan. Yang tak kurang dan tak lebih sama saja!

Haji adalah penghujung rukun Islam, yang wajib bagi yang kuat melaksanakannya. Kuat secara fisik dan materi. Menuntaskan rukun Islam kelima ini berarti menuntaskan predikat kita sebagai Muslim. Pantas kalau Nabi kemudian bersabda: Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya, melainkan Surga. ((HR. Bukhari & Muslim)

Ya mau apalagi? Semua sudah komplit. Tuntas. Genap. Ibarat orang sekolah, haji adalah tugas akhir. Karena itu, seseorang yang hajinya diterima (mabrur) akan terlihat dari ke'istiqomahannya' dengan predikatnya sebagai hamba.

Semoga kita demikian. Amien!

CAHAYA MENDEKAP YANG MEMBACA (Intermezo)

Kamis, 21 Oktober 2010



aku menyeret badan
yang berserakan di jalan angin
tertembus pedang lantang menantang, “Akulah luka!”
berpangku di atas gelombang menghujat kesungguhan
menutup mata mengutuk yang membaca


aku menyeret badan
yang beku menatap matahari
tertusuk perubahan meraung ratapi kejayaan masanya
tenggelamkan akal mencaci kesungguhan
membakar kata melawan yang membaca


aku menyeret badan
yang melupa nikmat perbedaan
gelap dunia satu tafsir
nampak sama terang, bintang tetap berbeda
cahaya mendekap yang membaca




Ben, H., Banjarbaru, 9 Oktober 2010

HIDUP! SEBUAH PILIHAN ATAUKAH KETETAPAN?

Jumat, 15 Oktober 2010


Hidup adalah pilihan. Kalimat singkat ini sering sekali kita dengar dalam hidup kita. Benarkah demikian? Benarkah hidup itu sebuah pilihan?

Sebelum Allah menciptakan kita, takdir kita telah tertulis lengkap di gudang data bernama Lauhul Mahfudz. Baik dan buruknya, bahkan sampai kaki kita yang keseleo sekalipun. Sudah tertulis disana. Karena itu sebagian kita akan ngotot mengatakan bahwa kita hidup hanya menjalani ketetapan-Nya. Tiada pilihan!

Tapi tentu saja pada waktu yang sama nalar kita akan reflek mempertanyakan yang mana ketetapan kita? Takdir kita? Apa ketetapan kita selanjutnya? 

Disinilah Allah menganugerahkan kita kemampuan untuk berkehendak sehingga kita bisa berencana. Kemampuan untuk merancang apa yang akan kita perbuat selanjutnya dalam hidup kita adalah anugerah paling indah yang dimiliki manusia. Karena kita tidak diberitahu dan tak punya celah untuk mengintip apa ketetapan kita berikutnya. Jadi tak bisa lain kita harus membuat pilihan agar hidup kita terus berjalan. Jadi ketika kita bilang "hidup adalah pilihan", akal kita tidak butuh terlalu lama untuk menyetujuinnya

Jadi bagaimana dengan hidup sebagai ketetapan-Nya. Ini sudah menjadi hukum dasar bagi kita orang beriman. Beriman berarti percaya bahwa hidup kita telah ditakdirkan. Semuanya! Baik dan buruknya. Kata-kata "kita hidup hanya menjalani ketetapan-Nya" adalah kalimat yang sangat elegan yang menggambarkan kemahakuasaan-Nya. Tapi ungkapan "hidup adalah pilihan" juga bisa kita terima kalau kita mengacu pada firman-firman-Nya. Lihat Surat13: 11:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Membaca ayat ini seakan kita ditegur oleh Allah untuk memaksimalkan potensi berupa 'kehendak' yang sudah dihadiahkan-Nya untuk kita manfaatkan. Ada banyak ayat lain yang menegaskan bahwa kita diberi pilihan untuk berbuat 'semau' kita dalam hidup ini. Dan tentu saja kemudian BERTANGGUNG JAWAB dengan semua pilihan kita. Alasan ini juga yang membuat adanya surga dan neraka dapat diterima sebagai konsekwensi dari setiap pilihan yang sudah kita ambil. Karena kalau kita ditakdirkan jahat kemudian Allah tidak memberi kita kelebihan berupa 'kehendak' tadi kita akan dengan mudah menyebut Allah sebagai tidak adil atau 'kejam'. Sebuah kekejian diatas kekejian. Walaupun tentu saja itu penilaian dari sisi kemanusiaan.

Dan nyatanya kita benar-benar diberi pilihan. Dan pendapat sebagian ulama bahwa takdir itu ada dua macam; yakni takdir yang tidak bisa dirubah dan takdir yang digantungkan pada usaha manusia tentu saja menjadi keniscayaan bahwa kita memang bisa menjadi apapun dan bagaimanapun yang kita mau! 

Jadi yang mana yang harus kita pegang dan kita jadikan pedoman? Tentu saja kita tidak bisa meragukan kemahakuasaan-Nya, sampai atas sesuatu yang sangat remehpun, dan kemudian seperti diuraikan diatas kita dianjurkan untuk berencana, berbuat yang terbaik untuk kebaikan diri kita.

Jadi buatlah perencanaan sematang mungkin, sesempurna mungkin, kemudian berdoalah untuk hasil akhirnya. Hanya Dia yang memegang keputusan atas semua hasil akhir. Jangan pernah terpengaruh dengan keyakinan yang mengecilkan hati bahwa kita memang ditakdirkan tidak baik, tidak mampu dan lainnya. Bahkan banyak orang-orang yang secara nalar tidak mungkin mendapat bagian dalam percaturan hidup ini bisa merombak anggapan 'secara nalar' tadi hanya karena mereka bukan orang yang percaya pada takdir tapi lebih percaya pada potensi yang dimilikinya. Bahwa mereka bisa berbuat lebih dalam hidup ini.

Mengapa tidak demikian? Bahkan Allah saja sampai BERFIRMAN: "Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

Bahkan dalam sebuah hadits Nabi bersabda: "Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa" (HR. Tirmidzi). Jadi mari berencana, mari lakukan segalanya semaksimal mungkin, setelah itu, berdoalah!!!!

MENGAPA KITA WAJIB MENCARI ILMU!

Kamis, 07 Oktober 2010


Setelah Adam diciptakan, Allah lalu mengajarkannya nama-nama semua benda yang ada di surga. Setelah itu Allah menantang malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda itu. Malaikat menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .”
a
Itulah sejarah singkat antara malaikat dan Adam dimana Allah lalu memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam sebagai penghormatan atas keunggulannya dalam hal mengenal nama-nama.
g
‘Kejadian’ ini adalah awal mula pengakuan Allah akan kelebihan orang yang berilmu daripada orang yang tidak berilmu. Mengapa demikian?? Hanya orang berilmulah yang tahu bahwa Allah lah Dzat yang Maha Segala! Hanya orang berilmu yang sadar bahwa hidup ini kesemuanya (baik buruknya, senang susahnya) hanyalah ujian. Hanya orang berilmu yang tahu bahwa kasih sayang Allah melebihi segala! Dan ketika Allah mencintai hamba-Nya, Dia akan menguji si hamba habis-habisan sampai si hamba meratap dan menggantung hanya kepada-Nya. Hanya kehadirat-Nya.

Dan karena kesadaran semacam itu tidak bisa datang dalam sekejap, sering tidak abadi tapi selalu pasang dan surut mengikuti keadaan lingkungan dan suasana hati, maka kita diperintahkan untuk menuntut ilmu untuk mengenal lingkungan, mengenal diri dan mengenal alam serta mengenal sifat-sifat Tuhan. Batas waktu untuk melakukannya adalah seumur hidup! Mulai dari buaian ibu ketika kita belajar netek, hingga nyawa tidak lagi dikandung badan.

IKHLAS ATAU JAUH DARI BAU SURGA!

Satu dari sekian yang ‘urgen’ ketika mulai mencari ilmu adalah ikhlas. Bukan untuk sok-sokan dan gagah-gagahan di bidang yang favorit. Dan ketika sudah didapat bukan untuk mencari penghormatan dari manusia tapi sebaliknya untuk kemanfaatannya.

Kalau sampai kita terjebak dengan dua tujuan ‘negatif’ diatas, berarti kita sedang berada di ‘wilayah merah’ dan sebisa mungkin cepat keluar dari sana. Kata Nabi:

“Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan harta-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau sorga pada hari kiamat”.( HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu Majah)







MENGGODA KATA

Rabu, 29 September 2010


(1)
gelombang merayu
...layar terkembang bersenandung
badai terbahak


(2)
cerewet pipit
mentari lukis pelangi
pesannya melayang


(3)
cahayanya redup
bulan mengintip malu
belaian asa


(4)
banjir bandang
melepas dendam rindu
sisa duka


(5)
elang laut
megah istana pasir
salah peraduan


(6)
Sinabung tertawa
getaran tersumbat sesak
matanya sembab


(7)
belimbing masak
rumah ulat bua...


H. Benyamine · 18 September 2010

PROFESOR INI HANYA BUTUH 1 AYAT UNTUK MENGIMANI KESELURUHAN AL-QURAN

Senin, 27 September 2010


Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fushshilat: 53)

Untuk merubah hidupnya 180 derajat kadang seseorang hanya perlu satu momentum. Dan ini didapatkan oleh Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand yang langsung bergetar hatinya ketika membaca makalah Profesor Keith L. Moore, seorang ahli Embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An-Nisa ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf sensorik sudah hilang.  

Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf. Pada saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus sub cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri dari pasien. Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent yang mengatur sensasi persefsi. Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat merasakan pedihnya azab Allah tersebut. Mahabesar Allah yang telah menyisipkan firman-firmannya dan informasi sebagian kebesaranNya lewat sel tubuh, kromosom, pembuluh darah, pembuluh syaraf dsb.


SIAPA PROF. KEITH L. MOORE?

Dia adalah ahli anatomi dan embriologi terkemuka dari Universitas Toronto, Kanada yang karya-karyanya banyak mendapat penghargaan dan menjadi rujukan di dunia kedokteran hingga saat ini. Karyanya "Clinically Oriented Anatomy" menjadi buku anatomi berbahasa Inggris paling populer yang dipakai oleh para ilmuan, dokter, fisioterapis dan para mahasiswa di penjuru dunia.
Karyanya yang lain: "The Developing Human  Clinically Oriented Embryology", menjadi buku pengantar bagi mahasiswa kedokteran modern dalam bidang embriologi.

Ketika membaca dan mengkaji Al-Quran, Keith L. Moore tidak bisa menutupi kekagumannya dengan uraian yang sederhana dan lebih praktis tentang embriologi daripada apa yang sudah berkembang sebelumnya dalam menggambarkan proses pembentukan embrio manusia sampai ia menjadi ciptaan baru (yang sempurna). Kekagumannya inilah yang kemudian mengantarkannya untuk mengakui kerasulan Muhammad dan menjadi muallaf.

Menurutnya pula, ketika ia memberi penjelasan mengenai fungsi ubun-ubun (bagian depan otak), apa yang disebutkan di dalam Al-Quran adalah mukjizat ilmiah. Al-Quran menyebutkan bahwa ubun-ubun adalah pusat kontrol dan pengaruh pada manusia, sekaligus pada hewan yang memiliki otak.  

Dengan mempelajari susunan organ bagian atas dahi, maka ditemukan bahwa ia terdiri dari salah satu tulang tengkorak yang disebut frontal bone. Tugas tulang ini adalah melindungi salah satu cuping otak yang disebut frontal lobe. Di dalamnya terdapat sejumlah pusat neorotis yang berbeda dari segi tempat dan fungsinya.

Lapisan depan merupakan bagian terbesar dari frontal lobe, dan tugasnya terkait dengan pembentukan kepribadian individu. Ia dianggap sebagai pusat tertinggi di antara pusat-pusat konsentrasi, berpikir, dan memori. Ia memainkan peran yang terstruktur bagi kedalaman sensasi individu, dan ia memiliki pengaruh dalam menentukan inisiasi dan kognisi.

Lapisan ini berada tepat di belakang dahi. Maksudnya, ia bersembunyi di dalam ubun-ubun. Dengan demikian, lapisan depan itulah yang mengarahkan sebagian tindakan manusia yang menunjukkan kepribadiannya seperti kejujuran dan kebohongan, kebenaran dan kesalahan, dan seterusnya. Bagian inilah yang membedakan di antara sifat-sifat tersebut, dan juga memotivasi seseorang untuk bernisiatif melakukan kebaikan atau kejahatan.


BEBERAPA AYAT AL-QURAN YANG MENYINGGUNG UBUN-UBUN:

Hud: 56:
Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.

Al-‘Alaq: 15-16 
Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang berdusta lagi durhaka. 

Juga seperti doa Nabi SAW, 
“Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setiap sesuatu yang Engkau pegang ubun-ubunnya…”

Prof. Keith L Moore mengajukan argumen atas mukjizat ilmiah ini dengan mengatakan, “Informasi-informasi yang kita ketahui tentang fungsi otak itu belum pernah disebutkan sepanjang sejarah, dan kita tidak menemukannya sama sekali dalam buku-buku kedokteran. Seandainya kita mengumpulkan semua buku pengobatan di masa Nabi SAW dan beberapa abad sesudahnya, maka kita tidak menemukan keterangan apapun tentang fungsi frontal lobe atau ubun-ubun. Pembicaraan tentangnya tidak ada kecuali dalam kitab ini (al-Qur’an al-Karim). Hal itu menunjukkan bahwa ini adalah ilmu Allah yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu, dan membuktikan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah."

Kembalilah Pada Qur-an. Sebelum Telat!

Selasa, 14 September 2010


Di dalam Al-Quran, Allah tiada henti mengingatkan kita bahwa hidup ini hanya permainan. Hidup kita di dunia ini bukan kehidupan yang sebenarnya. Hanya numpang lewat dan sekelebat saja. Hanya bagaikan pelabuhan (satu-satunya pelabuhan yang ada) dimana kita diberi kesempatan memenuhi perahu kita dengan muatan (iman dan amal kebaikan) untuk bekal mengarungi samudera yang maha luas tanpa batas yaitu kehidupan akherat, yang tanpa badai dan ombak yang ganas, yang hanya berisi kenikmatan dan bersenang-senang dan berfoya-foya dengan cara Allah; di surga. Atau sebaliknya, bagi mereka yang ikut kapal yang satunya lagi dengan rute neraka; isinya hanya kesengsaraan dan siksaan. Hanya dua itu saja rute perjalanan hidup kita. Tidak ada jalur alternatif.

Lihat surat Muhammad ayat 36, dan Alhadiid ayat 20 dimana Allah mengingatkan kita bahwa hidup ini hanya permainan. Tapi kita akan sedikit tersentak ketika Allah juga tidak bosan-bosan mengancam kita jika kita 'main-main' memperlakukan agama ini dan sampai larut dalam permainan dunia ini, seperti pada surat Al-A'raaf ayat 50-51: 

Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga: "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah dirizkikan Allah kepadamu." Mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir, (QS. Al-A'raaf : 50) 
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (QS. Al-A'raaf : 51)

Jika  kita larut jauh dalam kehidupan ini dan sampai melupakan Allah, Allah mengancam kita tak akan menegur kita pada 'hari' dimana semua urusan dan program acara hanya milik-Nya.

So, mari kembali kepada fitrah kita sebagai hamba dan persembahkan yang terbaik yang kita bisa untuk kemaslahatan agama ini dan kemaslahatan manusia seluruhnya.
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (Az-Zumar : 54)
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,  (Az-Zumar : 55)

'Kembali kepada Tuhanmu' berarti kembali kepada panduan hidup muslim sepanjang masa dan mengikuti semua petunjuknya; Al-Quran!

Selamat Idul Fitri 1431 H


Minal ‘Aidiin Wal Faiziin’ Mohon Maaf Lahir Batin. Semoga Ibadah Puasa Kita Diterima Dan Kita Termasuk Golongan Yang Kembali Kepada Fitrah. Amien….

HIDUP INI SEDERHANA

Jumat, 03 September 2010



Hidup ini sederhana
Bagi yang paham akan makna

...Kukasihani ia yang gelisah
Karena tak memahami gelisahnya


Jadul, Comtemplation 4 The Soul....

MENGAPA KITA HARUS KAYA!

Jumat, 27 Agustus 2010


Kalau pertanyaan ini diajukan pada ekonom, para praktisi bisnis, bahkan juga beberapa ‘praktisi agama’, mereka akan sebut berderet-deret alasan.

Allah memberi kita sebuah gambaran sederhana:

QS: An-Nahl 75:

“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui”

Seorang hamba sahaya: simbol ketidak berdayaan
Seorang yang diberi rizqi yang baik: symbol orang kaya.
Tentu saja mereka berbeda. Tapi bukan disitu pointnya

Yang membuat mereka berbeda jauh sekali seperti disebut di ayat itu adalah ketika orang yang diberi rizqi itu menafkahkan harta yang dimilikinya dijalan Allah. Terang-terangan atau secara rahasia. Itulah alasan yang paling masuk akal dan diterima disisi Allah untuk pertanyaan: “Mengapa kita harus kaya?”

Namun masalah Rizqi memang salah satu rahasia Allah, seperti juga jodoh dan kematian. Sudah begitu yakin kita akan mendapatkan sesuatu, sudah kita tetapkan waktunya, dan kerja dan usahapun tidak kita kendorkan, dasar belum rejekinya ada saja aral yang melintang dan menghalau rejeki itu pergi.

Begitu jodoh dalam hidup kita. Sudah kita ikat hati seseorang dan sudah kita karang masa depan yang kita rasa menentramkan kehidupan kita nantinya, kalau bukan jodohnya ya gak jadi juga. Itu salah satu hakekat hidup, semua serba sementara.

Kan Allah sudah bilang:
QS: An-Nahl 96:
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.”

Apapun yang ada dan akan datang dalam kehidupan kita nantinya pasti akan lenyap pada akhirnya. Yang kekal dan abadi adalah pahala amal sholeh yang kita perbuat dan kita kumpulkan selama di dunia ini. Itu yang akan menemani kita di kehidupan setelah mati kelak, baik di alam kubur sembari menunggu hari berbangkit dan juga di ‘hari’ dimana tak ada guna lagi harta dan semua sanak famili yang kita miliki.

Nah bagi yang mencari alasan mengapa kita harus mengejar duit, ayat diatas bisa menjadi sebuah jawaban sederhana. Dan bagi kita yang sudah kaya, kedua ayat diatas adalah tawaran Allah untuk kita, apakah kita mau membuang begitu saja kesempatan untuk mencari sebanyak mungkin yang disisi Allah. Yang kekal. Atau menghabiskannya begitu saja untuk kesenangan dunia semata. Yang semantara! Dan FANA!

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal”

JALAN KEMATIAN DI NEGERI MERDEKA

Rabu, 18 Agustus 2010



Tekad yang membaja dalam memperjuangkan kemerdekaan adalah wujud betapa sangat pentingnya suatu kemerdekaan. Bagaimana tidak, para pejuang kemerdekaan seperti hanya mempunyai dua pilihan seperti tergambar dalam tekad "Merdeka atau Mati" yang menjadi pendorong sangat kuat dalam perjuangannya. Kematian dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk kemerdekaan, yang membuat para pejuang lebih memilih mati sahid dalam meraih kemerdekaan, karena hidup dalam penjajahan sebenarnya lebih buruk dari kematian yang sia-sia sekalipun.

Kemerdekaan disambut dengan suka cita, rakyat secara rutin menyelenggarakan pesta untuk sekedar mengingat bahwa sebenarnya bangsa ini sudah merdeka. Rakyat menghiasi perkampungan masing-masing dengan bergotong royong, membersihkan daerah tempat tinggal dengan sukarela, dan mengadakan acara yang menghibur, karena kemerdekaan merupakan impian segenap umat manusia. Apakah rakyat telah merdeka? Sebagai warga negara Republik Indonesia, rakyat telah merdeka sejak 65 tahun yang lalu. Namun, suatu negara yang merdeka tidak menjamin rakyatnya menjadi merdeka. Setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia pernah merasakan tidak ada kemerdekaan dalam kebebasan berekspresi, berpendapat, dan berpolitik. Rakyat Indonesia juga masih ada yang merasa bukan bagian dari republik ini, dan bahkan merasa terjajah lalu berjuang dengan mengangkat senjata, karena berbagai perasaan dan pengalaman ketidakadilan dalam berbangsa dan bernegara.

Kemerdekaan secara makro suatu negara, rakyat Indonesia telah terhimpun dalam yang namanya Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun kemerdekaan secara mikro masih jauh dari harapan. Sebagian besar rakyat Indonesia masih belum merdeka secara mikro, karena kehidupan mereka sangat rentan terhadap segala bentuk perbudakan dan penindasan. Kerentanan terhadap perbudakan dan penindasan inilah yang menjadikan sebagian besar rakyat Indonesia cenderung kehilangan kemerdekaannya. Mereka harus siap-siap untuk digusur demi alasan pembangunan atau kepentingan umum. Krisis yang berkepanjangan, mengharuskan sebagian besar rakyat untuk menanggung beban kehidupan, yang secara kasar mengarahkan pada jalan kematian yang telah tersedia terutama bagi anak-anak mereka karena berbagai penyakit akibat tingginya harga-harga.

Merdeka bagi sebagian besar rakyat Indonesia masih belum bisa diraih. Salah satu faktor yang sangat menjajah adalah korupsi yang semakin lama semakin menjauhkan kemerdekaan dari jangkauan rakyat, apalagi korupsi yang terjadi seperti wabah yang tidak ada penangkalnya, yang menyebar seakan mendarah daging. Apalagi, rakyat yang terjajah ini dengan mudah dijadikan objek untuk mendapatkan dana besar untuk dikorupsi. Berbagai proyek dilaksanakan dengan alasan untuk kepentingan rakyat, yang ternyata hanya untuk mendapatkan pencairan dana yang tersedia, yang ujungnya hanya dinikmati oleh segelintir orang.

JALAN KEMATIAN

Kesalahan dalam pengelolaan sumberdaya alam merupakan potensi besar dalam menghilangkan kemerdekaan, yang secara perlahan akan menyediakan jalan menuju kematian. Kesalahan dan keserakahan pengelolaan sumberdaya alam telah menyebabkan bencana yang harus ditanggung oleh sebagian besar rakyat Indonesia dalam berbagai bentuknya, kebakaran hutan dan lahan adalah contoh konkret bagaimana sumberdaya alam telah sangat rentan terhadap gangguan, karena setiap musim kemarau telah menjadi momok dan bencana yang tidak pernah tahu bagaimana menanggulanginya, hanya berpasrah menunggu musim hujan datang. Musim hujan bukan berarti berkah, tetapi juga potensial terjadi bencana banjir dan longsor, yang menghabiskan sumberdaya secara sia-sia.

Semakin lama, kesalahan dan kerakusan dalam pengelolaan sumberdaya alam akan semakin membuat bagian terbesar dari rakyat Indonesia terjerumus pada bentuk perbudakan dan penindasan baru, yang menghancurkan mata pencaharian dan penghapusan berbagai keahlian tradisional dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat di dalam hutan dan di sekitar hutan, akibat kebakaran hutan dan lahan, cenderung semakin tergantung dengan bantuan dan semakin tidak berdaya, sehingga mereka cenderung menjadi "budak" cokung kayu secara tidak langsung. Disamping itu, berbagai bantuan dalam pemberdayaan dan penguatan kelembagaan masyarakat hanya menjadi proyek kalangan "miskin perkotaan" untuk mendapatkan pekerjaan dan kemudahan mendapatkan dana. Masyarakat sasaran, dengan berbagai penjelasan "ilmiah" tetap saja menjadi objek penindasan, yang kehilangan pengetahuan tradisional dan cenderung tidak dihargai bagaimana budaya dalam kehidupan mereka. Berbagai perbandingan dan contoh di wilayah lain diperkenalkan, yang intinya bahwa masyarakat tersebut tidak berdaya dan tidak berpengetahuan sehingga mereka perlu diajari dan diarahkan.

Berapa besar kerugian yang diakibatkan oleh bencana banjir, yang saat ini terjadi setiap tahun dan semakin luas wilayah bencananya, sudah jelas tergambar dari berbagai pemberitaan media massa dan elektronik, tapi kesalahan dan kerakusan dalam pengelolaan sumberdaya alam tetap berlangsung bahkan semakin merajalela. Hal ini menyebabkan sebagian besar rakyat Indonesia tidak termasuk kelompok yang menikmati melimpahnya sumberdaya alam tersebut, bahkan mereka termasuk yang harus menanggung bencana dan menerima berbagai penyakit yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan harus mereka tanggung sendiri.

Kerakusan dan kesalahan dalam pengelolaan sumberdaya alam ini secara sistematis telah menjerumuskan sebagian besar rakyat Indonesia kedalam jurang kemiskinan, yang selanjutnya menghantarkan pada bentuk perbudakan dan penindasan zaman modern. Kemiskinan memudahkan dalam perbudakan dan penindasan, serta menyuburkan korupsi yang semakin ganas, yang pada akhirnya tiada kemerdekaan. Masyarakat seperti diarahkan tidak mempunyai kemampuan dalam mengelola kehidupan sendiri, kebudayaan yang mereka hasilkan sudah dianggap tidak berguna, sehingga diperlukan budaya baru yang perlu diperkenalkan, terutam oleh kalangan profesional. Kalangan profesional (termasuk profesi dari LSM) inilah yang mulai menentukan budaya kehidupan yang layak dan bermartabat bagi sebagian besar rakyat Indonesia.Seperti bagaimana mengelola sumberdaya alam yang katanya berbasis masyarakat dengan ukuran yang sebenarnya sesuai dengan kehendak pasar.

KEMISKINAN

Kemiskinan telah menjadi objek bagi sebagian besar kalangan profesional, yang seolah-olah membuat para profesional tidak termasuk dalam lingkaran kemiskinan tersebut. Kemiskinan sudah menjadi trademark yang dipatenkan oleh kalangan profesional untuk mendapatkan keuntungan melalui berbagai kegiatan dengan jargon pemberdayaan masyarakat dan penguatan kelembagaan masyarakat. Masyarakat dilihat dari kacamata profesi yang sangat pro pasar dengan mengatakan bahwa masyarakat tidak berdaya dan tidak mempunyai kemampuan dalam berhadapan dengan tuntutan persaingan global, sehingga dengan pendampingan dan penguatan kelembagaan masyarakat yang menjadi pintu masuk kalangan profesi sebagai keharusan untuk alasan membantu, dengan mengatakan bahwa kegiatan yang mereka lakukan adalah pro-poor. Kalangan profesi ini, tidak terkecuali ada LSM, lebih banyak menikmati bantuan yang mengalir dari pada sasaran yang mereka katakan sebagai masyarakat yang membutuhkan pendampingan untuk pemberdayaan dan penguatan kapasitas kelembagaan tersebut. Masyarakat, paling miskin sekalipun masih hidup tanpa bantuan dari luar, tetapi kalangan profesi tanpa kegiatan yang didanai lembaga donor tersebut belum tentu bisa bertahan seperti masyarakat yang diposisikan sebagai sasaran kegiatan dan bahkan bisa saja sebenarnya kalangan profesi (sebagian juga kalangan LSM) merupakan bagian dari kemiskinan tersebut yang membutuhkan kelompok miskin untuk mereka dapat bertahan hidup.

Sumberdaya alam yang melimpah tidak menjamin rakyat menjadi lebih sejahtera, apalagi kerakusan dan kesalahan dalam pengelolaannya serta ganasnya korupsi terus berlangsung semakin tidak terkendali. Memang sebagian kecil kalangan dapat menjadi sangat kaya yang berpotensi menjadi sangat berkuasa, dan sebagian besar rakyat Indonesia semakin miskin yang berpotensi semakin lemah dan tak berdaya. Jadi, sebagian besar rakyat Indonesia sesungguhnya harus terus berjuang untuk merdeka. Merdeka atau mati, bukan pilihan lagi, tapi sudah menjadi jalan bagi kalangan miskin yang begitu sulit menjadi merdeka akan dengan sendirinya terbawa oleh arus kematian seperti akibat bencana, kelaparan, penyakit, dan hilangnya kepedulian sosial.

Kemerdekaan memang harus diperjuangkan dan terus diperjuangkan, tidak pernah berhenti karena masih ada orang yang serakah dan tamak, dan masih adanya manusia yang berperilaku seperti Qarun dan Fir'aun.


Oleh: H. Benyamine

PERJALANAN 6

Sabtu, 10 Juli 2010



Mengutuk bagai hujan taburi tanah tandus
bangkitkan serigala lapar padang meranggas
dalam dada terbakar kabar panas
menjerit congkak tenggelam lemas
tumpukan jasad melukis kisah tertindas
tak kuasa halau gumpalan membeku keras

Busung lapar menghunus tunas di tanah subur
sayu muka terlelap menyeret lumpur
betapa penuh kuali terisi batu penghibur
suara lapar sekitar mengiris belukar
sayup menyusup putar waktu lelap tertidur
menyapa lembut curi asa kaku terbujur

                                                      Benyamin
                               Banjarbaru, 30 Juni 2010

PERJALANAN 5 (Galeri Sajak dan Puisi)

Sabtu, 03 Juli 2010


Lari memburu puncak pendakian
mengemis hati tahan getir berterbangan
susun langkah menyeret raga bertahan
menyusup lembut sombong bersitkan rasa senang
sesaat kuasa lahap penghalang
sesaat keluh kerikil menghadang

Waktu terus membongkar kemapanan
menghisap bahtera tonggak keangkuhan
gapai puncak tersapu peraduan
saat bangun terlelap berpacu
nampak puncak tergeser langkah maju
menderu menggebu terpaku kemilau debu

                                                      H. Benyamin
                                   Banjarbaru, 10 Juni 2010

PERJALALAN 4 (Galeri Sajak dan Puisi)

Kamis, 24 Juni 2010



Berontak meledak terserak-serak
Lelah mengeluh susah berpilu kesah
Bersimpuh terjebak merobek-robek
Leleh susuri duka tangis yang merambah
Bertekuk membujuk diri meski asa merangkak
Luluh lantak bersama tabiat tubuh

Masih ada terbengkalai kata
Berderet menatap meratapi titah
Melambai gerombolan penghisap tahta
Berkubang darah membungkam amarah
Melayari tumpukan duka melata
Berlalu pesta usai menjarah

Terhampar mulut menari perut
Lentur buncit membusung mekar
Terisi wabah saluran tersumbat
Lemah menancap pinta sekedar
Telah kering lupa waktu leher terjerat
Lunglai ukir kata lawan hingga akhir

                                    Banjarbaru, 7 Juni 2010

Perjalanan 3 (Galeri Sajak & Puisi)

Jumat, 18 Juni 2010


Sejauh jarak takluk terinjak
Aku tetap berdiri antara langit dan tanah
Memandang dalam batas yang tampak
Harapkan gapai nikmat dalam berkah

Masih ada tergores tamak
Menggoda berhembus lembut meresap gelisah
Sesaat terbawa senandung jantung lemah berdetak
Tak kuasa melawan resah

Bergemuruh dalam lintasan yang sesak
Mencoba menggenggam hingga lemah
Kuatkan tubuh menahan retak
Upaya berhasrat menancapkan arah

Terus memulai dari tempat berpijak
Selama hidup pantang menyerah
Sudah pernah rasakan terpojok
Menerima dengan tekad saatnya kalah

Tanpa mendendam tertutup gertak
Bukankah masih ada jalan selain penadah
Tak layak korbankan watak
Hanya sesaat datang lelah

Kembali himpun daya hidup menembus tembok
Bertebaran di muka bumi dalam teduh
Hentikan hasutan menebalkan kerak
Kerugianlah bila membiarkan kebaikan menjauh

Walaupun masih banyak yang tetap berdiri tegak
Selalu ada yang terseret menjadi tertuduh
Bagaimanapun tercipta seribu taktik
Muram kesedihan membeku utuh

Nikmat apalagi yang didustakan dalam pekak
Berserahlah dalam pasrah merengkuh keabadian kasih

                                                                H Benyamine
                                                Banjarbaru, 1 Juni 2009

PERJALANAN (2) (Galeri Sajak & Puisi)

Kamis, 10 Juni 2010




Berapa kata dibutuhkan
untuk menyembunyikan luka
mengabarkan kesembuhan
tersamar doa pilihan kata


        Berapa waktu memilih kata
        untuk ungkapkan gejolak jiwa
        mengirimkan makna pengharapan
        saat waktu memutus lintasan


Berapa ruang penuh kata terbuang
untuk menutupi setitik bohong
membiarkan perjalanan terlihat kosong
saat kata menjelma patung

                                      H. Benyamine
                    Banjarbaru, 20 Mei 2009

PERJALANAN (1) (Galeri Sjak dan Puisi)

Minggu, 06 Juni 2010

 
Menghilang bersama lamunan indah
tak terasa kaki masih di tanah
sudah berapa jejak terhapus
tak terasa waktu berlalu terhembus nafas

Tenggelam di telaga hidup
tak terasa selalu kembali terlelap
sudah samar hari-hari berlalu
tak terasa rutinitas wujud diri membeku

Mengulangi langkah penuh harap
melintas menyeret tawa tangis
hanya khayal memberi jeda
terlelap perjalanan seakan semua terhenti


                                        H. Benyamine 
                       Banjarbaru, 15 Mei 2009

MENCINTAI JIWA YANG TENANG (Galeri Sajak Dan Puisi)

Selasa, 01 Juni 2010


Mengejar sampai ke belantara
Terbayang kekasih yang memanggil mesra
Senandung kasih terasa dekat
Dua tiga gunung terlewat

Angin membelai tunjuk arah semerbak
Mencintai jiwa yang tenang
Tulus membimbing hati tak berjarak
Mengalunkan cinta dalam genangan sayang

Musim kemarau larut dalam lamunan
Ranting-ranting pohon melepaskan daun hidup
Melayang menuju dasar hutan
Melebur lanjutkan daur hidup

Setangkai ranting rasakan belaian angin
Menari lepaskan kungkungan tempat
Mencintai kebebasan dalam angan
Menanti bagai janji hidup menjemput maut..

                                                                
                                                                                                 H. Benyamin
                                                                    Banjarbaru, 22 September 2007

RINDU AKU (Galeri Sajak dan Puisi/Intermezo)

Rabu, 26 Mei 2010


Ku tegak segelas mimpi
Hantar jiwa menjulang mengawang
Melayang menghalau awan
Menantang tegaknya langit

Ku santap semangkok khayal
Segala batas tampak jelas
Menghimpit jarak bebas
Bergumul keterbatasan

Ku rindu Aku
Melukis langit mimpi
Memahat batas khayal
Kumpulkan kebebasan Aku

                                                                                                H. Benyamin
                                                                              Banjarbaru, 18 Juni 2007
                                                                                               

Benar..ALLAH sangat dekat...

Kamis, 20 Mei 2010


: HEB

ini bukan reaksi,bukan sanggahan,apalagi pembelaan
tapi ini penyesalan
benar benar penyesalan..

Ya Allah..Engkau sangaaaat dekat...
karenanya,bukankah hak setiap makhluk Mu untuk sekedar merasa ?
Ya Allah,kau beri kami hati
bukan untuk membenci,mengutuki atau melukai yang lain dengan kata yang terlisan atau tertulis..
tapi untuk sekedar merasai....
dosakah ?
kesalahankah ?
Ya Allah..Ya Tuhan-ku...
bukankah Engkau sesuai sangkaan hambaMu ?
salahkah aku bila dengan segala kehinaan yang sempurna ini 'merasa' bahwa Engkau bersemayam dibilik hatiku,berkuasa dijiwaku,merajai fikiranku...

Duhai Rabbku yang Maha Suci....
tak usahlah yang lain mengingatkan aku,
aku sesadar-sadarnya kalau aku ini lebih nista dari seorang pelacur...
lebih rendah dari seekor anjing....
akulah kotoran yang paling menjijikan yang pernah tercipta....
tapi,
haramkah bagiku bila merasa..hanya sekedar merasa...
kalau aku milikMu...karena kutau aku milikMu....
karenanya dengan congkak pula aku merasa Kau begituuuuu dekatnya...

tahukah dunia...wahai dunia....
kalaupun Allah,Tuhanku...Tuhan semua yang bernyawa dan yang mati.....
andai Kau tambah umurku 1000 tahun lagi,niscaya tak sanggup aku mencari kata yang paling indah
hanya untuk sekedar membahasakan bahwa Engkau -lah satu-satunya yang Maha Mulia,Maha Sempurna,Maha Agung, Maha Tinggi Maha Segala....
karenanya dengan segenap kekagumanku,ketakjub-anku.
..kmudian aku ingin mendekatiMu...

benar,Engkau sangat dekat,Ya Allah....
buktiya ktika kami berjalan menuju Mu.....
Engkau berlari menyambut kami....meski kami berlumur dosa,berselimut kesalahan...
dan itu kami lakukan berulang kali..lagi...dan lagi...
l

Kalau kami bertanya tentangMu,Ya Rabb...
maka katakanlah : sesungguhnya Aku dekat....
sedekat apa Ya Rabb...
sedekat yang kurasakah...? sedekat yang mereka rasa ? yang kami rasa.....
dimana Ya Allah ?
salahkah bila aku kmudian merasa: disini...dibilik hati ini...berkuasa dijiwaku..merajai fikiranku...
kaupun boleh merasa seperti itu...yang lainpun boleh....siapapun boleh...
bukankah Allah sangat dekat...iya kan...

Ya Allah,karena Engkau sangaaat dekat... .
karenanya Kau tidak pernah menghukum hambaMu hanya karena ia hanya merasai dengan hatinya...sekedar hatinya..yang cuma Allah-lah yang paling tahu apa apa yang tersembunyi dihati tiap tiap hambanya....

Ya Allah Yang Maha Pengampun...
maafkan hambaMu yang paling hina dari yang paling tercela ini,berusaha membahasakan,betapa aku ingin sekali berada dekaaaat...dekat sekali denganMu..
Ampuni aku Wahai Tuhanku...ampuni aku.....


30 April 2010

Catatan S. Soraya 

ISTIQOMAH ITU SULIT! TAPI BISA!

Sabtu, 15 Mei 2010


Ketika seseorang melafadzkan Sahadat, dia telah datang pada Islam. Baik dia berasal dari non-muslim, ataupun yang memang sudah turun-temurun memeluk Islam. Beriman itu memang gratis & mudah. Tinggal melafadzkan dua kalimat Sahadat. Yang berarti percaya dan yakin tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan-Nya (dan rasul yang lain) ditambah percaya adanya malaikat, mengimani kebenaran Al-Quran dan juga adanya hari kiamat dan pada takdir-Nya, baik dan buruknya.

Meyakini semua itu sudah masuk kategori "beriman". Tapi berislam? Disinilah perjalanan kita mulai diuji. Allah langsung menghadang kita dengan firman-Nya:

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?"  (QS. Alankabut: 2)


Jadi, Allah seperti di QS. 29:2 diatas langsung menguji kita, seakan Dia bilang: "Benar nie lo beriman pada-Ku? Bentar dulu, kau belum Kutes, jangan bangga dulu. Jangan buru-buru lo ngarepin surga-Ku!"

Firman-Nya:
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al-Baqarah: 214)

Lantas bagaimana caranya agar bisa lulus dari ujian Allah. Seperti disabdakan baginda Nabi hanya ada dua cara. Dan sangat simpel. Tapi tentu saja pelaksanaannya tak seperti ketika kita mengucapkannya. Dua cara itu adalah sabar menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya juga sabar menerima semua yang tidak mengenakkan kita. Dan yang kedua bersyukur kalau kita menerima nikmat atau semua yang membuat hati kita lapang. Sabar dan bersyukur. Itu saja! Dan inilah yang tidak mudah.

Disinilah penting untuk berlatih istiqomah. Karena hanya dengannya iman kita akan komplit. Beratnya bersikap sabar dan susahnya bersyukur bisa lebih mudah kalau kita sudah istiqomah.

Masalahnya istiqomah itu sendiri tidak mudah. Tapi ibaratnya orang sekolah yang mengikuti jam pelajaran, seperti itulah kira-kira cara paling mudah untuk membiasakan istiqomah. Membuat pola dalam menyikapi hidup kita sehari-hari. Ketika datang sesuatu  yang tidak mengenakkan, kesadaran tertinggi bahwa hidup adalah ujian langsung mengambil alih ruang kesadaran kita. Dan saat datang hal yang membuat kita gembira, kesadaran itu datang lagi dan kembali memainkan peranannya. Begitu juga dalam melaksanakan kewajiban sehari-hari, aturlah jadwal yang mana untuk dunia dan berapa jam kita sediakan untuk menghadap-Nya.

Allah berjanji jika kita istiqomah pada akhirnya Allah akan menolong kita dan para malaikat akan turun 'mengabarkan' pada kita untuk tidak takut dan bersedih hati menghadapi kehidupan dunia ini:

QS: Fushshilat: 30:

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."

Istiqomah Memang Sulit! Tapi Bisa!

Aku Menyerah (Galeri Sajak)

Kamis, 13 Mei 2010

Aku Menyerah





Kutemui fajar
ketika bumi menjerit pada malaikat:
kemana lahir seluruh deritaku
di mana tinggal sang pemimpi
yang bermimpi tentangku

Ah..
Kuinjak kerikil basah
kenapa hatiku yang becek
kemana sejuknya embun.....kesegaran O2
yang melegenda

Serpih-serpih luka
untaian sajak durja
kidung senja
Alunan sendu sinfoni malam

kenapa dia saja yang bertahta

Apa bumi yang sudah tua
Atau O2 sudah tak segar lagi

Baiklah...
Aku kalah...
Oke...
Aku menyerah...
Kini, selenggarakanlah kehendak-Mu!

Rio Funnie
Jogja, 12 Mei 2010

Sajak Bergambar Karya DharmO-GandoeL

Minggu, 09 Mei 2010

Tips untuk tidak bolak-balik halaman:
Bagi Anda pengguna Mozilla Firefox dan Internet Explorer: klik kanan persis pada gambar, lalu pilih 'Open Link in New Tab'. 
Jika Anda pengguna Opera: klik kanan gambar lalu pilih 'Open in New Tab'
Google Chrome: klik kanan gambar dan klik 'Buka Tautan di Tab Baru'

       
  

 


 


  



 

Galeri Sajak

Sajak Bergambar Karya DharmO-GandoeL


Aku Menyerah Karya Rio Funnie

Aku Rindu (Intermezo) 

Mencintai Jiwa Yang Tenang

Perjalanan 1

Perjalanan 2

Perjalanan 3  

Perjalanan 4

Perjalanan 5

Perjalanan 6

Menggoda Kata  


Cahaya Mendekap Yang Membaca 


Hilang Menelan Waktu

UJIAN, ITULAH HAKEKAT HIDUP

Sabtu, 08 Mei 2010


Kita hidup berkecukupan, itu ujian
Hidup kita kere, itu ujian
Kita hidup sehat tiada kekurangan, itu ujian
Kita selalu sakit-sakitan, itu ujian
Bahkan sekiranya hukuman dari kesalahan-kesalahan kita didahulukan di dunia ini (yang dalam kamus Islam berarti kesempatan untuk menghapus dosa-dosa kita dari kesalahan yang kita perbuat selama ini), itu juga ujian.

Seberapa sabar dan ikhlas kita dengan semua ujian itu, itulah yang harus menjadi perhatian utama kita karena itulah yang akan dinilai dan menambah point kita dalam memberatkan timbangan kebaikan kita di hari dimana semua sikap kita pada hidup ini ditimbang dengan seadil-adilnya.

Siapa yang tindakannya dan sikapnya pada hidup ini lebih banyak positifnya dengan disertai iman dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, dialah orang yang beruntung.

Mari kita ingat kembali kisah Nabi Ayyub, yang selama belasan tahun di uji dengan penyakit aneh. Sekujur tubuh Nabi Ayyub dipenuhi ulat-ulat hidup. Kerabatnya menjauhinya dan merasa jijik padanya. Istrinya malah sempat meninggalkannya. Tapi Nabi Ayyub tak pernah mengeluh. Bahkan Nabi Ayyub sadar sesadarnya Allah adalah Maha Penyayang. Kasih sayang Allah melebihi makhluk dan manusia manapun di dunia ini. Allah pun memuji Ayyub dalam Al-Quran karena kesabarannya:

Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya) (QS. Shaad: 44)

Kita juga ingat teguran Allah kepada Nabi Yunus ketika Nabi Yunus dimakan Ikan Nun selama tiga hari. Ini terjadi lantaran Nabi Yunus pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah padahal belum ada perintah dan ketetapan Allah. Nabi Yunus pun menyesal dan akhirnya Nabi Yunus diselamatkan Allah dan kembali kepada kaumnya. Dan dalam sejarah di sebutkan bahwa kaumnya kemudian beriman kepada apa yang dibawa Nabi Yunus. Penyesalan Nabi Yunus ini diabadikan dalam QS. Al Anbiya': 87

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."  

Jadi, apapun bentuknya hidup yang kita jalani, selama kita termasuk orang yang beriman (percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan-Nya), maka semua itu adalah ujian. Siapa yang menguji dan menilai? Allah. Ya! Dia menilai, Dia melihat, Allah bersama kita selalu. 

QS. Yunus: 61:

Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Pohon Di Dalam Hati

Sabtu, 01 Mei 2010


Setahun adalah sebatang pohon, bulan adalah dahan-dahannya, hari adalah ranting-rantingnya, jam adalah dedaunannya dan nafas adalah buahnya. Siapa yang nafasnya ada dalam ketaatan, maka buah pohon itu adalah manis, dan siapa yang nafasnya ada dalam kedurhakaan, maka buahnya adalah pahit. Waktu panen adalah pada hari kiamat, pada waktu itu akan diketahui secara pasti apakah buah itu manis ataukah pahit.
Ikhlas dan tauhid merupakan pohon di dalam hati. Dahan-dahannya adalah amal, buahnya kemanisan hidup di dunia dan kenikmatan yang kekal diakhirat. Sebagaimana buah-buah surga yang tidak pernah terputus dan tidak sulit untuk dipetik, maka begitu pula buah tauhid dan ikhlas di dunia.
Syirik, dusta dan riya' adalah pohon di dalam hati. Buahnya di dunia adalah ketakutan, kekhawatiran, kesusahan, kesempitan dada dan kegelapan hati. Buahnya di akhirat adalah neraka dan azab yang pedih lagi kekal. Allah telah menyebutkan dua jenis pohon ini di dalam surat Ibrahim 24 - 26

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS. Ibrahim: 24-26)

Original Source: "Mendulang Faidah Dari Lautan Ilmu"

Petunjuk! Dicari Dan Diperjuangkan? Atau Ditunggu?

Sabtu, 24 April 2010


Kita hidup diberi pilihan. Itulah kenapa ada surga dan neraka. Kita tidak bisa serta merta berkata bahwa sekiranya Allah memberi kita petunjuk tentulah kita termasuk orang yang bertaqwa. Sementara petunjuk hanya diberikan Allah kepada orang yang dikehendaki-Nya.

Secara eksplisit dan meyakinkan Allah bersumpah bahwa manusia diberi pilihan ini dan giliran manusialah pada akhirnya yang memutuskan jalan mana yang akan dia tempuh, seperti pada surat Asy-Syams dan lebih khusus pada ayat 8, 9 dan 10.

Dan secara eksplisit pula ketika kita berbicara tentang petunjuk, kita harus selalu merujuk pada Al-Quran dan As-Sunnah. Jadi barangsiapa menginginkan petunjuk, pelajarilah Al-Quran dan Sunnah Nabi. Karena hanya dua perkara inilah rujukan abadi bagi kita muslim untuk selamat dan beroleh kebaikan dalam kehidupan dunia terlebih di kehidupan sebenarnya setelah kehidupan dunia ini. Ya! Mari kita cari, kita perjuangkan dan kita ambil petunjuk itu karena dia sudah ada disana. Karena hanya dengan mengikuti petunjuk itu hidup kita tidak sia-sia.

Hanya dengan mengikuti petunjuk itu, kita akan beroleh keridloan-Nya. Dan demi Allah! Apalagi yang lebih berarti daripada keridloan Allah.

Bahkan berkaitan dengan Al-Quran sebagai petunjuk, Allah juga menggarisbawahi betapa pentingnya dan berharganya setiap detik dalam hidup kita sebelum ajal yang datangnya tiba-tiba itu menghampiri kita:
Kita lihat dalam QS. Zumar: 53-59:

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (53)
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (54)
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,  (55)
supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah ),  (56)
atau supaya jangan ada yang berkata: 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa'. (57)
Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik'.  (58)
(Bukan demikian) sebenarya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir."  (59)

Dan karena semua kita diberi pilihan, maka kitalah yang menanggung semua akibat dari pilihan yang kita buat:
Seperti dalam Al-Isra':15:

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

Dan mari kita simak pertanyaan Allah kepada penghuni neraka, karena mereka menyia-nyiakan kehidupan dunia ini:
Dalam surat Al-Mukminun 112-114:

Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" (112)
Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." (113)
Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui" (114)

Meski demikian, permasalahan petunjuk, memang hak prerogatif Allah. Dia tunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia sesatkan juga siapa yang dikehendaki-Nya. Jika seseorang sudah diberi petunjuk, tak ada seorangpun di muka bumi ini yang sanggup menyesatkannya. Sebaliknya, jika dia sudah disesatkan oleh Allah (dalam banyak ayat Al-Quran akibat kesalahan manusia itu sendiri), maka tak ada seorangpun dimuka bumi ini yang bisa menunjukinya. Petunjuk memang salah satu rahasia Allah. Dan seperti juga hal-hal lain yang menjadi rahasia Allah, kita manusia hanya diberi sedikit saja pengetahuan mengenainya. Wallahu a'lam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters