headline photo

HIDUP! SEBUAH PILIHAN ATAUKAH KETETAPAN?

Jumat, 15 Oktober 2010


Hidup adalah pilihan. Kalimat singkat ini sering sekali kita dengar dalam hidup kita. Benarkah demikian? Benarkah hidup itu sebuah pilihan?

Sebelum Allah menciptakan kita, takdir kita telah tertulis lengkap di gudang data bernama Lauhul Mahfudz. Baik dan buruknya, bahkan sampai kaki kita yang keseleo sekalipun. Sudah tertulis disana. Karena itu sebagian kita akan ngotot mengatakan bahwa kita hidup hanya menjalani ketetapan-Nya. Tiada pilihan!

Tapi tentu saja pada waktu yang sama nalar kita akan reflek mempertanyakan yang mana ketetapan kita? Takdir kita? Apa ketetapan kita selanjutnya? 

Disinilah Allah menganugerahkan kita kemampuan untuk berkehendak sehingga kita bisa berencana. Kemampuan untuk merancang apa yang akan kita perbuat selanjutnya dalam hidup kita adalah anugerah paling indah yang dimiliki manusia. Karena kita tidak diberitahu dan tak punya celah untuk mengintip apa ketetapan kita berikutnya. Jadi tak bisa lain kita harus membuat pilihan agar hidup kita terus berjalan. Jadi ketika kita bilang "hidup adalah pilihan", akal kita tidak butuh terlalu lama untuk menyetujuinnya

Jadi bagaimana dengan hidup sebagai ketetapan-Nya. Ini sudah menjadi hukum dasar bagi kita orang beriman. Beriman berarti percaya bahwa hidup kita telah ditakdirkan. Semuanya! Baik dan buruknya. Kata-kata "kita hidup hanya menjalani ketetapan-Nya" adalah kalimat yang sangat elegan yang menggambarkan kemahakuasaan-Nya. Tapi ungkapan "hidup adalah pilihan" juga bisa kita terima kalau kita mengacu pada firman-firman-Nya. Lihat Surat13: 11:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Membaca ayat ini seakan kita ditegur oleh Allah untuk memaksimalkan potensi berupa 'kehendak' yang sudah dihadiahkan-Nya untuk kita manfaatkan. Ada banyak ayat lain yang menegaskan bahwa kita diberi pilihan untuk berbuat 'semau' kita dalam hidup ini. Dan tentu saja kemudian BERTANGGUNG JAWAB dengan semua pilihan kita. Alasan ini juga yang membuat adanya surga dan neraka dapat diterima sebagai konsekwensi dari setiap pilihan yang sudah kita ambil. Karena kalau kita ditakdirkan jahat kemudian Allah tidak memberi kita kelebihan berupa 'kehendak' tadi kita akan dengan mudah menyebut Allah sebagai tidak adil atau 'kejam'. Sebuah kekejian diatas kekejian. Walaupun tentu saja itu penilaian dari sisi kemanusiaan.

Dan nyatanya kita benar-benar diberi pilihan. Dan pendapat sebagian ulama bahwa takdir itu ada dua macam; yakni takdir yang tidak bisa dirubah dan takdir yang digantungkan pada usaha manusia tentu saja menjadi keniscayaan bahwa kita memang bisa menjadi apapun dan bagaimanapun yang kita mau! 

Jadi yang mana yang harus kita pegang dan kita jadikan pedoman? Tentu saja kita tidak bisa meragukan kemahakuasaan-Nya, sampai atas sesuatu yang sangat remehpun, dan kemudian seperti diuraikan diatas kita dianjurkan untuk berencana, berbuat yang terbaik untuk kebaikan diri kita.

Jadi buatlah perencanaan sematang mungkin, sesempurna mungkin, kemudian berdoalah untuk hasil akhirnya. Hanya Dia yang memegang keputusan atas semua hasil akhir. Jangan pernah terpengaruh dengan keyakinan yang mengecilkan hati bahwa kita memang ditakdirkan tidak baik, tidak mampu dan lainnya. Bahkan banyak orang-orang yang secara nalar tidak mungkin mendapat bagian dalam percaturan hidup ini bisa merombak anggapan 'secara nalar' tadi hanya karena mereka bukan orang yang percaya pada takdir tapi lebih percaya pada potensi yang dimilikinya. Bahwa mereka bisa berbuat lebih dalam hidup ini.

Mengapa tidak demikian? Bahkan Allah saja sampai BERFIRMAN: "Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

Bahkan dalam sebuah hadits Nabi bersabda: "Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa" (HR. Tirmidzi). Jadi mari berencana, mari lakukan segalanya semaksimal mungkin, setelah itu, berdoalah!!!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters