headline photo

HAJI SEBAGAI BUKTI ISLAM YANG UNIVERSAL

Jumat, 29 Oktober 2010


Islam tidak mengenal ras, kasta dan lain-lain yang membedakan kemuliaan seseorang dari lainnya di 'mata' Allah. Konsep Islam sangat tedas: "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu." Karena itu, ketika berbicara hukum, tak ada seorang manusiapun yang istimewa.

Mengenai taqwa sebagai ukuran kemuliaan seseorang, Nabi memberi penekanan:
"Hai ummat manusia! Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah satu. Ingatlah! Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang lain Arab; tidak pula ada kelebihan bagi orang lain Arab atas orang Arab; tidak juga ada kelebihan orang yang berkulit merah atas orang kulit hitam; dan tidak pula orang kulit hitam atas orang kulit merah, melainkan lantaran taqwa, sebab sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu ialah yang paling bertaqwa kepada Allah." (Riwayat Baihaqi)

Konsep ini berimbas signifikan. Seorang muslilm sejati tidak mungkin bersikap rasis, tidak memandang orang berdasarkan status yang disandangnya atau kekayaan yang dimilikinya karena baginya yang terpenting adalah hatinya. Sebagaimana taqwa bermarkas di hati. 

Konsep ini berlaku juga dalam semua prosesi ibadah, mulai sahadat, sholat, puasa, zakat dan ibadah haji. Dalam haji, prinsip Islam sebagai agama bagi seluruh alam menemukan momentumnya.

Jika dalam salat lima waktu misalnya kita dianjurkan untuk berjamaah yang berarti rahmat dalam skop lokal sampai membesar ketika jamaah Jum'at seminggu sekali. Kemudian untuk area yang lebih luas kita berjamaah Idul Fitri dan Idul Adha setahun sekali. Maka haji adalah perwujudan rahmat bagi seluruh dunia. Umat muslim dari segenap penjuru dunia berbaur untuk memenuhi panggilan Allah sesuai tata cara yang telah diajarkan. Yang tak kurang dan tak lebih sama saja!

Haji adalah penghujung rukun Islam, yang wajib bagi yang kuat melaksanakannya. Kuat secara fisik dan materi. Menuntaskan rukun Islam kelima ini berarti menuntaskan predikat kita sebagai Muslim. Pantas kalau Nabi kemudian bersabda: Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya, melainkan Surga. ((HR. Bukhari & Muslim)

Ya mau apalagi? Semua sudah komplit. Tuntas. Genap. Ibarat orang sekolah, haji adalah tugas akhir. Karena itu, seseorang yang hajinya diterima (mabrur) akan terlihat dari ke'istiqomahannya' dengan predikatnya sebagai hamba.

Semoga kita demikian. Amien!

CAHAYA MENDEKAP YANG MEMBACA (Intermezo)

Kamis, 21 Oktober 2010



aku menyeret badan
yang berserakan di jalan angin
tertembus pedang lantang menantang, “Akulah luka!”
berpangku di atas gelombang menghujat kesungguhan
menutup mata mengutuk yang membaca


aku menyeret badan
yang beku menatap matahari
tertusuk perubahan meraung ratapi kejayaan masanya
tenggelamkan akal mencaci kesungguhan
membakar kata melawan yang membaca


aku menyeret badan
yang melupa nikmat perbedaan
gelap dunia satu tafsir
nampak sama terang, bintang tetap berbeda
cahaya mendekap yang membaca




Ben, H., Banjarbaru, 9 Oktober 2010

HIDUP! SEBUAH PILIHAN ATAUKAH KETETAPAN?

Jumat, 15 Oktober 2010


Hidup adalah pilihan. Kalimat singkat ini sering sekali kita dengar dalam hidup kita. Benarkah demikian? Benarkah hidup itu sebuah pilihan?

Sebelum Allah menciptakan kita, takdir kita telah tertulis lengkap di gudang data bernama Lauhul Mahfudz. Baik dan buruknya, bahkan sampai kaki kita yang keseleo sekalipun. Sudah tertulis disana. Karena itu sebagian kita akan ngotot mengatakan bahwa kita hidup hanya menjalani ketetapan-Nya. Tiada pilihan!

Tapi tentu saja pada waktu yang sama nalar kita akan reflek mempertanyakan yang mana ketetapan kita? Takdir kita? Apa ketetapan kita selanjutnya? 

Disinilah Allah menganugerahkan kita kemampuan untuk berkehendak sehingga kita bisa berencana. Kemampuan untuk merancang apa yang akan kita perbuat selanjutnya dalam hidup kita adalah anugerah paling indah yang dimiliki manusia. Karena kita tidak diberitahu dan tak punya celah untuk mengintip apa ketetapan kita berikutnya. Jadi tak bisa lain kita harus membuat pilihan agar hidup kita terus berjalan. Jadi ketika kita bilang "hidup adalah pilihan", akal kita tidak butuh terlalu lama untuk menyetujuinnya

Jadi bagaimana dengan hidup sebagai ketetapan-Nya. Ini sudah menjadi hukum dasar bagi kita orang beriman. Beriman berarti percaya bahwa hidup kita telah ditakdirkan. Semuanya! Baik dan buruknya. Kata-kata "kita hidup hanya menjalani ketetapan-Nya" adalah kalimat yang sangat elegan yang menggambarkan kemahakuasaan-Nya. Tapi ungkapan "hidup adalah pilihan" juga bisa kita terima kalau kita mengacu pada firman-firman-Nya. Lihat Surat13: 11:

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Membaca ayat ini seakan kita ditegur oleh Allah untuk memaksimalkan potensi berupa 'kehendak' yang sudah dihadiahkan-Nya untuk kita manfaatkan. Ada banyak ayat lain yang menegaskan bahwa kita diberi pilihan untuk berbuat 'semau' kita dalam hidup ini. Dan tentu saja kemudian BERTANGGUNG JAWAB dengan semua pilihan kita. Alasan ini juga yang membuat adanya surga dan neraka dapat diterima sebagai konsekwensi dari setiap pilihan yang sudah kita ambil. Karena kalau kita ditakdirkan jahat kemudian Allah tidak memberi kita kelebihan berupa 'kehendak' tadi kita akan dengan mudah menyebut Allah sebagai tidak adil atau 'kejam'. Sebuah kekejian diatas kekejian. Walaupun tentu saja itu penilaian dari sisi kemanusiaan.

Dan nyatanya kita benar-benar diberi pilihan. Dan pendapat sebagian ulama bahwa takdir itu ada dua macam; yakni takdir yang tidak bisa dirubah dan takdir yang digantungkan pada usaha manusia tentu saja menjadi keniscayaan bahwa kita memang bisa menjadi apapun dan bagaimanapun yang kita mau! 

Jadi yang mana yang harus kita pegang dan kita jadikan pedoman? Tentu saja kita tidak bisa meragukan kemahakuasaan-Nya, sampai atas sesuatu yang sangat remehpun, dan kemudian seperti diuraikan diatas kita dianjurkan untuk berencana, berbuat yang terbaik untuk kebaikan diri kita.

Jadi buatlah perencanaan sematang mungkin, sesempurna mungkin, kemudian berdoalah untuk hasil akhirnya. Hanya Dia yang memegang keputusan atas semua hasil akhir. Jangan pernah terpengaruh dengan keyakinan yang mengecilkan hati bahwa kita memang ditakdirkan tidak baik, tidak mampu dan lainnya. Bahkan banyak orang-orang yang secara nalar tidak mungkin mendapat bagian dalam percaturan hidup ini bisa merombak anggapan 'secara nalar' tadi hanya karena mereka bukan orang yang percaya pada takdir tapi lebih percaya pada potensi yang dimilikinya. Bahwa mereka bisa berbuat lebih dalam hidup ini.

Mengapa tidak demikian? Bahkan Allah saja sampai BERFIRMAN: "Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

Bahkan dalam sebuah hadits Nabi bersabda: "Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa" (HR. Tirmidzi). Jadi mari berencana, mari lakukan segalanya semaksimal mungkin, setelah itu, berdoalah!!!!

MENGAPA KITA WAJIB MENCARI ILMU!

Kamis, 07 Oktober 2010


Setelah Adam diciptakan, Allah lalu mengajarkannya nama-nama semua benda yang ada di surga. Setelah itu Allah menantang malaikat untuk menyebutkan nama-nama benda itu. Malaikat menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .”
a
Itulah sejarah singkat antara malaikat dan Adam dimana Allah lalu memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam sebagai penghormatan atas keunggulannya dalam hal mengenal nama-nama.
g
‘Kejadian’ ini adalah awal mula pengakuan Allah akan kelebihan orang yang berilmu daripada orang yang tidak berilmu. Mengapa demikian?? Hanya orang berilmulah yang tahu bahwa Allah lah Dzat yang Maha Segala! Hanya orang berilmu yang sadar bahwa hidup ini kesemuanya (baik buruknya, senang susahnya) hanyalah ujian. Hanya orang berilmu yang tahu bahwa kasih sayang Allah melebihi segala! Dan ketika Allah mencintai hamba-Nya, Dia akan menguji si hamba habis-habisan sampai si hamba meratap dan menggantung hanya kepada-Nya. Hanya kehadirat-Nya.

Dan karena kesadaran semacam itu tidak bisa datang dalam sekejap, sering tidak abadi tapi selalu pasang dan surut mengikuti keadaan lingkungan dan suasana hati, maka kita diperintahkan untuk menuntut ilmu untuk mengenal lingkungan, mengenal diri dan mengenal alam serta mengenal sifat-sifat Tuhan. Batas waktu untuk melakukannya adalah seumur hidup! Mulai dari buaian ibu ketika kita belajar netek, hingga nyawa tidak lagi dikandung badan.

IKHLAS ATAU JAUH DARI BAU SURGA!

Satu dari sekian yang ‘urgen’ ketika mulai mencari ilmu adalah ikhlas. Bukan untuk sok-sokan dan gagah-gagahan di bidang yang favorit. Dan ketika sudah didapat bukan untuk mencari penghormatan dari manusia tapi sebaliknya untuk kemanfaatannya.

Kalau sampai kita terjebak dengan dua tujuan ‘negatif’ diatas, berarti kita sedang berada di ‘wilayah merah’ dan sebisa mungkin cepat keluar dari sana. Kata Nabi:

“Barangsiapa yang menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan harta-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau sorga pada hari kiamat”.( HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu Majah)







Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters