headline photo

Musibah dan Kesempitan, Sarana Penghapusan Dosa dan Meninggikan Derajat (A Must Read For Muslim)

Kamis, 28 Januari 2010

<>======<>======<>======<>======<>======<>======<>======<>

“Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan; mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Baqarah: 177)
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." Asy-Syuro (42):30


Sebagai landasan awal dalam menyikapi musibah dan kesempitan ini, kita perlu merenungkan firmanNya:

(Al’Ankabut (29): 2):
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”

(Al-Baqarah (2): 214):
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

(Al-Baqarah (2): 155-157):
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk."

Bisa kita ibaratkan seorang muslim sebagai seorang MURID. Dia menerima berbagai macam pelajaran, kemudian untuk mengukur kadar pemahamannya dalam menangkap semua mata pelajaran, diselenggarakanlah UJIAN. Setelah ujian dia menerima RAPORT. Dan kemudian di akhir masa belajarnya dia menerima IJAZAH.

Begitu JUGA kita muslim. Kita masuk sekolah yang bernama sekolah 'Islam'. Allah uji kita setiap waktu. Dan raport dan ijazahnya akan keluar di hari pembalasan kelak, seperi firmanNya:

(Al-Kahfi (18):49):
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.”

Jadi musibah atau cobaan adalah ketentuan Allah atau SUNNATULLAH. Seperti juga langit dan bumi, siang dan malam, matahari dan bulan, adanya manusia, hewan, tumbuhan dan lainnya. Dalam menyikapi sunnatullah Allah memberikan tuntunan. Diantaranya dengan yakin bahwa itu sudah ditetapkan dan kemudian menerimanya. Tanpa protes bahkan berkeluh kesah.

(Al_Baqarah (2):26):
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan ?.” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”

Juga dengan yakin dan berseru dan meminta pertolongan hanya kepadaNya:

(Al-Hajj (22):73): 
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.”

Tentang larangan ‘protes’ atas sunnatullah, Allah berfirman:

(Al-Kahfi (18):54):
"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah."

Menyikapi musibah dan kesempitan hidup adalah setali tiga uang dengan menyikapi sunnatullah yang lain. Lebih spesifik Allah memberikan tuntunan untuk menghadapinya:

(Al-Baqarah (2):153): 
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Akan halnya sabar dan shalat sebagai penolong, Allah menambahkan:

(Al-Baqarah (2):45):
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'."

Penjelasan dibawah ini akan menunjukkan pada kita bahwa musibah dan kesempitan yang dihadapi dengan sabar, sama agungnya dengan sunnatullah yang lain. Dan sebagaimana seorang murid yang lulus ujian rasanya masuk akal kalau Allah menjanjikan derajat lebih tinggi yang tidak bisa dicapai dengan amalan biasa dan imbalan yang tak lain dari pengampunan dari dosa dan sorga.

(Huud (11):11): 
“kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.”

Bahkan dalam kalangan sahabat di masa Nabi SAW  mereka menerima musibah dan kesempitan seperti sakit, sama senangnya dengan menerima nikmat yang lain. Bahkan ketika Rasulullah SAW mengabarkan hikmah di balik sakit yang diderita sahabat itu, ada diantara mereka yang justru meminta penyakit. Seakan penyakit itu adalah nikmat yang lebih menyenangkan daripada nikmat yang lainnya. Kita tentu ingat kisah Nabi Ayyub, yang menderita penyakit yang aneh selama 18 tahun hingga semua orang termasuk istrinya meninggalkannya dan tak sudi melihatnya. Bahkan diantara sahabatnya ada yang berkata bahwa penyakit yang diderita Nabi Ayyub tak lain disebabkan dosa Nabi Ayyub sendiri kepada Allah.

Sebelum membaca pesan-pesan Rasulullah SAW, berikut lagi firman Allah yang adalah pesanNya dan maksudNya memberikan semua macam cobaan, musibah dan kesempitan kepada kita:


Agar kembali pada kebenaran (Allah):
(Al-A’raf (7):168):
"Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)."
Agar berserah diri kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya.
(Al-An’am (6):42):
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri."
Tentang ini Allah juga mengingatkan sifat dasar kebanyakan manusia yang tak terpuji:

(Ar-Rum (30):33): 
"Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya."

Dengan ayat terakhir diatas ini juga menjadi  jelas, bahwa cobaan tidak semata berupa kesempitan dan bencana, tetapi nikmat dan kesenangan dunia. Adakah kita bersyukur dan kembali padaNya dengan semua kenikmatan dan kelapangan dunia?


Hadits-hadits Rasulullah SAW dan beberapa kisah sahabat nabi SAW:

Karena bencana atau kesempitan adalah sarana pengampunan dosa maka Allah dan rasul-Nya mengingatkan bahwa sebagian besar bencana itu datang karena kesalahan manusia sendiri. Baik kesalahan dengan hati, pendengaran, penglihatan atau anggota tubuh yang lain. Lihat Asy-Syuro (42):30 diatas.

Rasul SAW bersabda:
"Tidaklah ada pembuluh darah dan mata yang bergetar, melainkan karena suatu dosa, dan apa yang dihilangkan Allah darinya, lebih banyak lagi." (Ath-Thabrany)

Jadi dengan demikian fungsi cobaan sebagai penebus dosa tetap berlaku baik cobaan itu murni karena ujian semata atau karena disebabkan dosa kita sendiri. Asalkan dengan cobaan itu kita kembali kepada-Nya, bersabar dan memohon ampunan-Nya. Suatu hukuman yang didahulukan di dunia bagi orang Muslim, justru merupakan kebaikan. Sebab jika Allah menghendaki suatu kebaikan bagi hamba-Nya, maka dia mengampuni dosanya, sehingga pada hari kiamat dia diberi rahmat dan keridloanNya.

Musibah dan kesempitan didefinisikan oleh Rasulullah SAW sampai hal yang paling mendetail dan remeh. Tengoklah sabda beliau SAW:
"Tidaklah seorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesusahan, gangguan, kesedihan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah menghapus sebagian dari kesalahan-kesalahannya." (HR. Bukhori dan Muslim)
Dari Ibnu Mas'ud RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda:
"Tidaklah seorang Muslim ditimpa gangguan berupa penyakit dan lain-lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya." (HR. Bukhori dan Muslim) 

Suatu hari Umar bin Al-Khaththab, tatkala tali jepitan sandalnya putus, maka dia pun mengucapkan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un", lalu berkata, "Segala apa pun yang menimpakan keburukan kepadamu, maka itu merupakan musibah.".

Diceritakan pula dari Ummul-Ala' RA, dia berkata, "Rasulullah SAW menjengukku, tatkala aku sedang sakit, lalu beliau SAW bersabda,
"Bergembiralah wahai Ummul-Ala', karena dengan penyakit orang Muslim, Allah akan menghilangkan kesalahan-kesalahannya, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak." (HR Abu Daud)
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda,
"Bencana senantiasa menimpa orang Mukmin dan Mukminah dalam jiwa, anak dan hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tak ada satu kesalahanpun." (HR. Tirmidzy)
Ditegaskan pula oleh hadits dari Sa'ad bin Abi Waqqash RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda,
"Tidaklah bencana senantiasa menimpa seorang hamba hingga Ia membiarkannya bisa berjalan di atas bumi, melainkan tak ada satu kesalahan pun pada dirinya." (HR. Tirmidzy dan Ibnu Majah)

Dan inilah hadits-hadits Nabi SAW yang mengabarkan berita baik berupa diangkatnya derajat seseorang yang 'menderita' disebabkan setiap bencana, cobaan dan apapun yang menimbulkan 'madharat' di setiap langkah hidupnya:
Dari Aisyah RA, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah gemetaran karena sakit, sehingga beliau mengeluh sakit dan membolak-balikkan tubuh di tempat tidur. Lalu Aisyah berkata kepada beliau, "Andaikata sebagian di antara kami yang mengalami seperti ini, niscaya engkau akan merasa kasihan terhadap dirinya."
Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya orang-orang shalih itu akan dikeraskan cobaannya. Sesungguhnya tidaklah seorang Mukmin itu tertusuk duri atau lebih kecil dari itu, melainkan satu kesalahan dihapuskan darinya dan satu derajat ditinggikan bagi dirinya." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
Dari Aisyah pula, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Tidaklah seorang Mukmin itu tertimpa penyakit encok sedikitpun, melainkan Allah menghapus darinya satu kesalahan, ditetapkan baginya satu kebaikan dan ditinggikan baginya satu derajat." (HR. Thabrani dan Al-Hakim)

Dari Abu Sa'id RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
"Sakit kepalanya orang Mukmin atau duri yang menusuknya atau sesuatu yang menimbulkan madharat kepadanya, maka karenanya Allah akan meninggikan satu derajatnya pada hari kiamat dan mengampuni dosa-dosanya." (HR. Ibnu Abid-Dunya, Isnadnya jayyid, rijalnya tsiqat)

Dan juga dari Muhammad bin Khalid As Silmy, dari bapaknya, dari kakeknya, yang termasuk sahabat Rasulullah SAW, dia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya hamba itu, jika ada satu kedudukan yang telah ditakdirkan Allah baginya, dan dia tidak bisa mencapainya dengan amalnya, maka Allah mengujinya dalam tubuh, atau harta atau anaknya, kemudian Dia menjadikannya bersabar karena yang demikian itu, sehingga Dia membuatnya bisa mencapai kedudukan yang telah ditakdirkan Allah baginya." (HR. Abu Daud dan Ath-Thabrany)

Dan pada akhirnya siapa yang LULUS dari semua UJIAN itu Allah menjanjikan IMBALAN berupa SORGA dan dijauhkan dari neraka.

Rasulullah SAW bersabda:
“Allah subhanahu berfirman, ‘Hai anak adam, jika engkau sabar dan mencari keridhaan pada saat musibah yang pertama, maka aku tidak meridhai pahala bagimu selain surga.” (HR. Ibnu Majah)

Begitu pula hadits Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW bahwa beliau menjenguk seseorang yang sedang sakit demam, yang disertai Abu Hurairah. Lalu beliau SAW bersabda:
“Bergembiralah, karena Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Inilah neraka-Ku. Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang Mukmin di dunia, agar dia jauh dari neraka pada hari akhirat.” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Dalam hadits Kudsi ini Allah mengibaratkan sakit demam sebagai neraka kecil bagi manusia.

So, jika Allah masih berkenan menguji kita, berarti Dia masih mengasihi kita. Berbahagialah orang yang diuji, yang menerima dengan sabar adanya musibah dan kesempitan dan disisi sebaliknya: mereka yang mau bersyukur dengan semua nikmat dari Tuhannya.
Karenanya, berbahagialah kita menjadi seorang muslim. Bukankah hidup ini ujian? Bukankah semua urusan kita di dunia berisi kebaikan. Sabda Nabi SAW:
“Sungguh menakjubkan urusan orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang Mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR.Muslim)

Dan karena bersabar atas musibah dan segala bentuk kesempitan dan kemudharatan yang kita rasakan lebih berat daripada bersyukur pada nikmat, maka pantas kalau Allah menganugerahkan gelar kehormatan bagi kita yang sanggup menjalaninya dengan meninggikan derajat kita di sorga.



KETIKA KITA BISA MENERIMA MUSIBAH SAMA RIDHO-NYA (RELA) DENGAN KETIKA MENERIMA NIKMAT, MAKA DUNIA TERASA LEBIH LAPANG! DAN MELIHAT FAEDAH DARI MUSIBAH DAN KESEMPITAN HIDUP DIATAS, MAKA RASANYA HIDUP INI BENAR-BENAR ANUGERAH BAGI KITA MUSLIM! SUBHANALLAH!

Video Kurang Kerjaan

Jumat, 22 Januari 2010



Kalau beberapa waktu lalu kita melihat video yang menggugah rasa penasaran kita tentang fenomena adzan. Kali ini kita akan melihat video dari Youtube yang sama sekali kurang kerjaan. Video ini didownload kemudian setelah disisipi pesan didalamnya diupload ulang sebagai respon untuk orang yang pertama kali menguploadnya.

Kesan “kurang kerjaan” akan kita lihat ketika seseorang yang didalam video itu menceritakan pengalamannya menjadi seorang beriman dalam hal ini seorang muslim. Bagaimana mungkin orang beriman baik itu Muslim, Kristen atau agama langit lainnya akan menyebut Allah dengan “person” atau orang. Kami pribadi sebagai seorang muslim sejak pertama bisa menyebut Allah, tidak pernah menempel sebutan orang (person) untuk Allah. Jadi isi video ini dengan vulgar telah menunjukkan bahwa video ini hanya berisi 'akting' dari mereka yang kami juga ragu apakah mereka pernah bersentuhan apalagi benar-benar bekas pemeluk Islam

Namun melihat video ini, kita juga bisa merenung, berapa banyak orang yang beriman sungguh jauh dari yang diimaninya dan hanya terjebak dengan rutinitas ritual. Singkatnya bisa kita gambarkan kita solat tiap hari tapi dalam solat yang kita ingat bukan Allah tapi yang lainnya. Pacar? Istri? Suami? Anak? Barang dagangan? Bisnis yang lainnya?

Jadi bisa kita sebut bahwa Rene, tokoh dalam video ini juga sudah menjadi fenoma tersendiri yang sudah ada di tengah-tengah kita orang Islam, bahkan Kristen dan agama lainnya yang hanya terjebak dalam rutinitas ritual tanpa penghayatan dan kesadaran menyeluruh tentang apa yang sedang dilakukannya.

Video semacam ini banyak sekali. Dari yang sangat profesional dalam pembuatannya  dan isinya sampai yang sama sekali 'dagelan'. Baik yang dibuat oleh penganut agama lain pada Islam atau yang dibuat oleh penganut Islam pada agama lain.

Tapi jangan buang waktu kita merenungkan hal yang tidak ilmiah. Walaupun banyak dari ajaran agama yang tidak semuanya ilmiah dan hanya menuntut kepatuhan kita sebagai makhluk. Seperti wudlu. Kenapa kita harus wudlu? Membasuh muka dan telapak tangan. Apa maksudnya? Mencium hajar aswad yang menempel di sisi ka’bah, apa manfaatnya anjuran itu? Dan seterusnya. Selain penelitian-penelitian yang banyak mengungkap manfaat dari membasuh muka, berkumur sebelum wudlu, kita tidak tahu alasan dan maksud Tuhan sebenarnya memerintahkan untuk wudlu. Satu-satunya alasan yang kita tahu adalah alasan spiritual: ‘menghilangkan hadats dan dosa yang kecil-kecil’

Tidak semua yang ada dalam ajaran agama harus ilmiah. Kalau kita mendebat saudara kita yang Kristen tentang trinitas, jawabannya sama sekali tidak ilmiah. Tapi begitulah ajaran agama. Dia ada untuk dipatuhi. Dan setiap penganut agama harus yakin bahwa agamanyalah yang paling benar. Dengan semua ketidak-ilmiahan itu.

Maksud kami akan lebih bermanfaat bagi kita, jika kita seorang muslim, untuk menyegarkan pemahaman kita dengan merenungkan video-video yang menambah keimanan kita. Katakanlah seperti ‘alasan’ dibalik kepindahan seorang pemeluk Kristen ke Islam. Atau video yang juga tak kalah bermanfaat sebagai perangsang kita untuk menemukan jawabannya sendiri: ‘mengapa’ seorang Islam bisa pindah agama Kristen. Dengan tetap berhati-hati dan menjunjung tinggi objektifitas. Berhati-hatilah pada tokoh-tokoh di dalamnya, perhatikan dengan seksama apakah itu benar pengakuan tentang dirinya atau hanya orang yang menjalani skenario. Jangan terkecoh dengan video ‘kurang kerjaan’ seperti yang saya sebutkan diatas, yang kelihatannya seperti benar-benar terjadi, padahal cuma akting! Namanya juga rekaman. Siapapun dengan video recorder di tangannya dan bisa melihat, dia bisa merekam apa saja.

Selamat berselancar di Youtube!


Download videonya disini!

Video 'Para Muallaf' disini dan disini!

Download juga FLP Player untuk memutarnya.

Laba-laba: Sang Insinyur Ahli

Senin, 18 Januari 2010







Setiap orang telah menjumpai makhluk mungil yang disebut laba-laba berkali-kali dalam hidupnya, baik di rumah, di pedesaan, atau di kebun. Tapi, makhluk kecil ini hanya menarik perhatian serius segelintir orang saja, padahal ia adalah salah satu wujud kesempurnaan ciptaan Allah. Kita perlu mengamati laba-laba ini sedikit lebih dekat untuk melihat kesempurnaan ini.

BENANG YANG LEBIH KUAT DARI BAJA

Yang pertama kali terlintas dalam benak seseorang ketika berpikir tentang laba-laba adalah jaringnya. Ia merupakan keajaiban desain yang memiliki rancangan tersendiri, beserta perhitungan teknik yang menyertainya. Jika kita memperbesar laba-laba menjadi seukuran manusia, jaring yang dianyamnya akan memiliki tinggi sekitar seratus lima puluh meter. Ini sama tingginya dengan gedung pencakar langit berlantai lima puluh.

Andaikan laba-laba sedemikian besar sehingga mampu membuat jaring dengan lebar lima puluh meter, maka jaring ini akan mampu menghentikan pesawat jumbo jet. Jika demikian, bagaimana laba-laba mampu membuat jaring dengan sifat ini? Agar dapat melakukan hal ini, ia pertama kali harus menggambar rancangannya, persis seperti seorang arsitek. Sebab, struktur arsitektural dengan ukuran dan kekuatan seperti ini, mustahil dilakukan tanpa sebuah perancangan. Setelah rancangan dipersiapkan, laba-laba perlu menghitung seberapa besar beban-beban yang akan menempati posisi-posisi tertentu pada jaring, persis layaknya insinyur konstruksi. Jika tidak, jaring ini pasti akan runtuh.

Jika seseorang mengamati bagaimana laba-laba membangun jaringnya, akan ia temukan sebuah keajaiban yang nyata. Pertama-tama, laba-laba melempar benang yang dipintalnya ke udara, lalu aliran udara ini membawanya ke tempat tertentu di mana ia menempel. Lalu pekerjaan konstruksi dimulai. Perlu satu jam atau  lebih untuk menganyam sebuah jaring.

Mulanya, laba-laba menarik benang jenis kuat dan tegang dari titik pusat ke arah luar guna mempersiapkan kerangka jaringnya. Ia lalu menggunakan benang jenis kendor dan lengket untuk membuat lingkaran dari arah luar ke dalam. Dan kini perangkap itu telah siap.

Benang yang digunakan laba-laba sama ajaibnya dengan jaring itu sendiri. Benang laba-laba lima kali lebih kuat dari serat baja dengan ketebalan yang sama. Ia memiliki gaya tegang seratus lima puluh ribu kilogram per meter persegi. Jika seutas tali berdiameter tiga puluh sentimeter terbuat dari benang laba-laba, maka ia akan mampu menahan berat seratus lima puluh mobil.

Ilmuwan menggunakan benang laba-laba sebagai model ketika membuat bahan yang dinamakan Kevlar, yakni bahan pembuatan jaket anti peluru. Peluru berkecepatan seratus lima puluh meter per detik dapat merobek sebagian besar benda yang dikenainya, kecuali barang yang terbuat dari Kevlar. Tetapi, benang laba-laba sepuluh kali lebih kuat daripada kevlar. Benang ini juga lebih tipis dari rambut manusia, lebih ringan dari kapas, tapi lebih kuat dari baja, dan ia diakui sebagai bahan terkuat di dunia.

Baja termasuk material paling kuat yang tersedia bagi manusia yang diproduksi dengan sarana industri berat, menggunakan besi, dan dalam tungku bertemperatur ribuan derajat. Ia didesain khusus agar berdaya tahan tinggi, dan digunakan pada konstruksi lebar, bangunan tinggi, dan jembatan. Laba-laba menghasilkan material  yang lima kali lebih kuat dari baja, padahal ia tak memiliki tungku pembakaran dan teknologi apapun. Ia adalah makhluk mungil yang tak mampu berpikir. Sungguh suatu keajaiban bahwa makhluk kecil ini mampu menghasilkan benang yang lebih kokoh dari baja, dan menggunakannya untuk membuat bangunan dengan cara yang sama seperti para arsitek dan insinyur.





DINOPSIS: SANG AHLI PEMBUAT PERANGKAP

Orang umumnya berpikir bahwa laba-laba adalah makhluk yang menggunakan jaring untuk menangkap mangsa. Namun, spesies yang disebut Dinopis ini tidak menunggu mangsanya terperangkap dalam jaring, tapi ia membuat perangkap bergerak. Ia membuat benang khusus dengan membuat dua ratus gulungan per menitnya. Ia lalu merangkaikan benang-benang ini dengan mengikuti suatu pola yang cerdas. Dengan cara ini, sebuah perangkap mematikan pun kini telah siap.

Ia menunggu di tempat yang sering dilalui serangga untuk menyergapnya. Matanya yang tajam mampu melihat gerakan paling lemah sekalipun. Ia lalu membungkus mangsanya dalam jerat khusus. Laba-laba menangkap lebih dari satu mangsa dalam semalam, dan menganyam jaring yang berbeda untuk setiap mangsa. Jaring ini sungguh merupakan keajaiban desain. Mangsa yang tertangkap tidak berkesempatan untuk lolos.

Laba-laba Dinopsis yang baru lahir telah mampu menganyam jaring mungil. Bayi laba-laba ini sudah menjadi insinyur semenjak ia lahir ke dunia. Kehadiran sejumlah laba-laba muda di tempat sempit dapat menimbulkan sedikit masalah, namun pada akhirnya, segalanya mulai membaik. Bayi laba-laba ini akan segera meninggalkan induk mereka untuk membangun sarang mereka sendiri.

BOLAS: SANG AHLI KIMIA

Metode berburu Bolas adalah satu lagi keajaiban penciptaan. Laba-laba ini menggunakan metode yang unik untuk menarik perhatian mangsanya, yakni ngengat jantan. Ia pun membuat benang yang lebih kuat dari baja dalam tubuhnya. Benang ini terbungkus oleh butiran-butiran lengket.


Ia mengulurkan benangnya dari sebuah pohon layaknya tangkai pancing, melemparkan tali pancing lalu menunggu dengan sabar, persis seperti pemancing. Laba-laba ini memiliki tipuan cerdik untuk menarik perhatian mangsanya. Ngengat betina mengeluarkan hormon feromon untuk menarik ngengat jantan kepadanya. Laba-laba meniru memproduksi aroma ini dan meletakkannya di bagian ujung perangkap.

Ngengat jantan tergoda mendekati perangkap tersebut. Ketika ngengat mendekat, laba-laba segera menggerakkan benang layaknya sebuah jerat. Dengan rangcangan perangkap ini, ia berhasil menangkap mangsanya.

Feromon memiliki formula kimia yang khas, dan hanya ditemukan pada ngengat betina. Kita harus melewati serangkaian tahapan percobaan dalam laboratorium kimia modern jika ingin membuat bahan kimia yang sama.

Jika kita beranggapan bahwa laba-laba menggunakan kecerdasannya sendiri untuk membuat hormon ini, maka ia harus mengikuti tahapan yang sama. Pertama, ia harus mendapatkan ngengat betina dan belajar bagaimana sang betina ini menarik perhatian ngengat jantan. Lalu ia harus mengambil sampel feromon dari ngengat betina. Ia harus mempelajarinya, dan melakukan berbagai uji laboratorium terhadap formula kimia yang ia temukan. Kemudian ia harus melekatkan zat kimia yang dibuatnya pada ujung tali jeratnya. Namun, laba-laba mungil ini tidak memiliki kecerdasan untuk melakukan pekerjaan seperti ini, apalagi keahlian dan laboratorium kimia.


Jadi, bagaimana laba-laba ini mampu meniru membuat feromon, layaknya seorang ahli kimia? Bagaimana ia berpikir untuk menempelkannya diujung benangnya? Pertanyaan-pertanyaan ini menghantarkan kita pada kebenaran yang nyata. Zat kimia feromon, ngengat betina yang memproduksinya dan laba-laba yang menggunakannya untuk berburu, kesemuanya diciptakan oleh Allah. Contoh ini, sekali lagi menunjukkan kesempurnaan ciptaan Allah, Penguasa seluruh alam, dan semua makhluk hidup di dalamnya.

Laba-laba muda Bolas telah mampu membuat tali jeratnya yang pertama kali. Laba-laba ini bahkan lebih kecil dari ujung jari Anda, dan jeratnya lebih kecil dari kepala jarum.


TRAPDOOR: SI AHLI PEMBUAT SENSOR

Satu spesies lain yang menggunakan teknik sangat cerdas untuk menangkap mangsanya adalah Trapdoor. Berbeda dengan laba-laba lain yang menggunakan jaring, spesies ini menyerang dari dalam tanah. Mula-mula ia menggali liang dalam tanah, kemudian membuat penutup melingkar untuk sarangnya dengan menggunakan benang dan tanah. Ia menempelkan salah satu tepi penutup ini ke tanah seperti engsel. Ia merentangkan benang-benang ke arah luar dari sarangnya, lalu menyamarkan benang dan pintu masuk ke sarang dengan tanah atau dedaunan. Sistem ini menjadikannya mampu merasakan getaran paling lemah di luar sarangnya, dan langsung menyergap sumber getaran tersebut.

Perangkap yang telah selesai dibuat, dan telah siap digunakan, sama sekali tersamarkan. Dengan demikian, serangga yang mendekatinya tidak merasa curiga, hingga akhirnya ia menjadi mangsa bagi laba-laba. Tapi, bagaimana laba-laba yang tak mampu berpikir dan bernalar, memiliki ide untuk membuat perangkap, dan kemudian menempatkan sensor sensitif di bagian luarnya. Siapakah yang mengajarinya menyembunyikan sarang dengan menyamarkannya seperti bunga di atas tanah? Dan yang lebih menarik lagi adalah kenyataan bahwa setiap laba-laba yang lahir mengetahui teknik berburu dari jenisnya.

Tak diragukan lagi, ini adalah bukti bahwa laba-laba diberi ilham agar dapat membuat jaring dan membangun perangkap. Dialah Allah, Tuhan Seluruh Alam, yang menciptakan makhluk-makhluk ini dengan perilaku mereka yang mengagumkan, dan mengilhami mereka tentang apa yang mereka kerjakan.

Oleh: HARUN YAHYA

SURGA DI DUNIA, SURGA DI AKHIRAT

Minggu, 17 Januari 2010


Konon, usai beberapa saat tinggal di Paris pada penghujung abad 19, Muhammad Abduh, pemikir modernis dari Mesir itu, pernah berujar, "Aku temukan Islam di Eropa, tapi bukan orang Islam; sementara aku temukan orang-orang Islam di negeri Islam, tapi bukan Islam itu sendiri." Kata-kata Abduh ini sempat menimbulkan komentar pro-kontra di berbagai kalangan Islam. Kalimat itu, selintas, seperti "pemujaan" pada Eropa, dan "ejekan" pada negara-negara Islam. Bagaimana orang-orang di negeri sebrang itu bisa mencapai kemakmuran material begitu rupa dan membangun lingkungan kehidupan yang dilihat dari segi mana pun hampir-hampir menyerupai "surga".

Yang memikat dari lingkungan kehidupan di negeri-negeri itu adalah tersedianya ruang-ruang publik untuk mewadahi "spontanitas" para warga kota. Suatu siang di bulan Agustus lalu, saya berjalan-jalan di trotoar di sepanjang Pine Street di kota Seattle yang sejuk. Di tengah-tengah hiruk-pikuk orang yang lalu-lalang dengan kesibukan masing-masing, tiba-tiba muncul sekelompok musisi jazz hitam di sebuah sudut jalan. Mereka memainkan musik dengan serius dan indah; sejumlah pejalan kaki yang sedang lewat berhenti sebentar, menikmati "jeda" sesaat, melupakan pekerjaan, menaruh uang recehan, lalu pergi. Saya duduk berlama-lama menikmati "suguhan" yang janggal di tengah kesibukan kota itu.

Hampir di semua kota di "Barat", saya menemukan hal-hal seperti itu. Bahkan saya menjumpai para "pengamen" jalanan seperti itu di sejumlah stasiun-stasiun pemberhentian kereta bawah tanah (subway) di Manhattan, New York. Agak aneh, sebab subway di Manhattan biasanya selalu penuh sesak dengan para penumpang yang serba tergesa-gesa. Apakah mereka masih punya jeda waktu untuk menikmati musik para pengamen yang menurut saya sangat bagus itu? Rasanya tidak. Tapi toh para pengamen itu tak peduli. Kesan saya: para pengamen itu tak sekadar mencari uang recehan, tapi juga unjuk kebolehan. Saya teringat para pengamen yang sering memaksa-maksa para penumpang kereta ekonomi Jakarta-Yogya, dan memainkan lagu-lagu "campur sari" yang agak sembarangan, dengan modal okulele yang sudah lusuh.



Manhattam

Menurut saya, pengaruh paling konkret dari humanisme-sekuler di negeri-negeri Barat seperti Amerika (juga negeri-negeri Eropa Barat yang lain) adalah adanya semacam obsesi yang hampir-hampir menyerupai sebuah "jihad" untuk memuliakan kehidupan di dunia ini, sekarang ini juga. Tidak sekadar membayang-bayangkan sebuah "kehidupan yang mulia" di kemudian hari, di akhirat nanti. Civitas Dei atau kota Tuhan yang pernah dibayangkan oleh Santo Agustinus, dijungkirkan secara total menjadi "kota manusia", kota yang menyediakan tempat kehidupan yang nyaman buat semua orang. Ada aspek positif dari cara pandang hidup yang ingin "mengingkari" kehidupan di kemudian hari seperti yang dimiliki oleh kaum humanis-sekuler itu: karena Anda hanya hidup sekali saja di dunia ini, maka "selesaikanlah" kehidupan itu dengan sebaik-baiknya. Orang-orang yang percaya pada kehidupan di "kemudian hari" seperti orang Islam dan Kristen, atau yang percaya inkarnasi seperti orang Hindu dan Budha, akan mungkin beranggapan bahwa karena masih ada "harapan" di kemudian hari untuk mencapai kehidupan yang nyaman dan bahagia, maka anda tak perlu "kerja keras" mengerjakan dan menyelesaikan kehidupan di dunia ini.

Tentu ada sebuah hadis Nabi yang terkenal, "I'mal li dunyaka ka an-naka ta'isyu abadan, wa'mal li-akhiratika ka-annaka tamutu ghadan. (Bekerjalah untuk kehidupanmu di dunia seolah-olah anda akan hidup abadi, dan bekerjalah untuk kehidupanmu di akhirat kelak seolah-olah anda akan mati besok hari)". Hadis itu seperti ingin mengajarkan semacam "sikap total dan afirmatif" terhadap kehidupan dunia dan akhirat sekaligus; seolah ingin mendorong umat Islam membangun sekaligus Civitas Dei dan Secular City (a la Harvey Cox).

Tetapi, dalam pandangan saya: umat Islam gagal dalam dua-duanya. Tidak total dan afirmatif terhadap kehidupan dunia, juga tidak kepada kehidupan akhirat. Secara retoris "pura-pura" mengutuk kemakmuran material a la Barat, tetapi menginginkan hal yang sama; pura-pura total dan afirmatif terhadap kehidupan akhirat, tetapi dalam praktik merawat banyak sekali kemunafikan. Orang-orang humanis-sekuler beranggapan bahwa kehidupan di dunia dengan segala kenikmatan dan kesusahannya adalah "the only game in the town". Jadi: kalau kalian keok di situ, habislah "karier" hidup kalian.




Akhir-akhir ini, warga kota Jakarta sedang dihantui oleh kekhawatiran akan kualitas air sumur karena efek rembesan dari septic-tank tempat pembuangan kotoran manusia. Juga polusi udara yang sudah melewati ambang batas. Saya heran: bagaimana mungkin di sebuah kota yang padat seperti Manhattan atau Los Angeles, orang-orang Amerika masih sempat menikmati air kran tanpa khawatir terjangkit disentri, atau udara segar untuk jogging di siang hari. Saya tidak ingin membandingkan Jakarta dengan Manhattan, tentu. Tetapi yang mengganggu saya adalah: kenapa orang-orang sebrang itu memperhatikan "kenikmatan" hidup sampai yang sekecil-kecilnya? Kenapa "kita" yang sebagian besar memeluk Islam ini, seperti abai terhadap pentingnya membangun lingkungan hidup manusia yang "manusiawi".

Di kota Charlotte, di negara bagian North Carolina, saya diceritai tentang sebuah bangunan antik yang menjadi land mark kota itu. Sebuah perusahaan ingin membangun supermarket modern di tempat gedung tua itu berada. Seluruh penduduk kota protes, dan ngotot agar gedung itu dipertahankan. Perusahaan itu akhirnya mengalah, dan membangun supermarket modern dengan "disisipi" gedung tua yang antik. Di Manhattan yang begitu padat, sesak, dan merupakan pusat bisnis, tiba-tiba ada sebuah taman kota yang begitu luas sehingga menyerupai "hutan kota": Central Park. Di halaman Columbia University di New York, tempat kuliahnya Dr Azyumardi Azra dulu, saya masih melihat tupai berlarian ke sana ke mari. Saya teringat orang-orang di kampung saya di pantai utara Jawa, yang selalu menembaki tupai dan burung dengan senapan angin. Saya ingat Jakarta yang menyerupai "neraka" buat binatang.



Sekali lagi, kenapa orang-orang sebrang itu begitu "gigih" ingin menciptakan lingkungan kehidupan manusia yang nyaman, seolah-olah mereka sedang menjalankan sebuah perintah agama? Di kota-kota Belanda seperti Leiden, Utrecht, dan Amsterdam, saya begitu iri melihat penduduk kota itu pergi ke tempat kerja atau sekolah dengan mengendarai sepeda kayuh, tanpa dihantui udara yang kotor dan merusak paru-paru. Saya bayangkan, kalau Pak Sutiyoso menjadi gubernur atau walikota Leiden, dia mungkin akan melarang orang naik sepeda kayuh: tak manusiawi, mengganggu keindahan kota, atau apalah.


Amsterdam Canal



Tentu, kehidupan "sekuler" di Amerika dan Eropa bukanlah "surga" seluruhnya, dan sejarah tidaklah berhenti di sana. Beberapa tahun lalu, Robert D Putnam menulis buku Bowling Alone yang menjadi bahan pembicaraan luas di Amerika. Juga Robert N Bellah, sosiolog yang sering dikutip Cak Nur itu, menerbitkan buku Habits of the Heart pada tahun 1985, dan kemudian menjadi bahan diskusi di mana-mana. Kedua buku itu ingin mengungkap sejumlah krisis yang sedang terjadi dalam kehidupan publik di negeri itu. Bellah berbicara mengenai predatory effect dari individualisme yang kebablasan, sehingga mengikis semangat civic engagement. Putnam menengarai kecenderungan makin defisitnya "modal sosial" dalam masyarakat Amerika dengan contoh yang sederhana: makin kerapnya orang-orang di negeri itu main boling sendirian, tanpa teman atau tetangga.

Yang mau saya katakan adalah bahwa kegigihan untuk membangun surga di muka bumi ternyata menjadi tenaga pendorong bagi bangsa-bangsa Barat untuk mencapai kemakmuran material yang menakjubkan. Pertumbuhan kemakmuran dalam angka yang eksponensial di sejumlah negara Barat sejak awal abad ke-20 salah satunya, menurut saya, bisa diterangkan melalui sikap hidup sekuler yang memandang "hidup ini" sebagai satu-satunya arena untuk bertarung. Orang Jawa mengenal filosofi 'mamayu hayuning bawana' yang secara bebas kira-kira berarti, "memuliakan hidup di dunia". Tetapi yang ditekankan oleh orang Jawa dalam filosofi itu lebih cenderung pada aspek keselarasan alam dalam terang cara pandang "jagad besar-jagad kecil".

Apakah umat Islam bisa benar-benar total dan afirmatif terhadap kehidupan dunia dan akhirat sekaligus, seperti perintah Hadis Nabi itu? Hingga sekarang, saya belum mendapat jawaban positif....

Oleh: Ulil Abshar-Abdalla


Penelitian Ilmiah Terhadap Sifat Materi Yang Sesungguhnya

Jumat, 15 Januari 2010





Seluruh informasi yang kita miliki tentang dunia di mana kita hidup disampaikan kepada kita melalui panca indra kita. Dunia yang kita ketahui, terdiri dari apa yang dilihat mata kita, yang disentuh tangan kita, yang dicium hidung kita, yang dirasakan lidah kita, dan yang didengar telinga kita. Tidak pernah terpikirkan oleh kita bahwa dunia "luar" tersebut bisa jadi berbeda dari apa yang ditampilkan oleh indra kita dikarenakan selama ini kita senantiasa bergantung hanya pada panca indra tersebut sejak saat kita dilahirkan.


Akan tetapi, penelitian ilmiah modern di berbagai bidang mengarahkan kita pada suatu pemahaman yang sama sekali berbeda, sehingga memunculkan keraguan besar terhadap panca indra kita dan dunia yang kita kenal melalui panca indra ini. Titik awal pemahaman ini adalah gagasan bahwa apa pun yang kita rasakan sebagai "dunia luar" hanyalah tanggapan yang dibentuk di dalam otak kita oleh sinyal-sinyal listrik. Warna merah apel, sifat keras kayu, ibu dan ayah Anda, keluarga Anda, dan segala sesuatu yang Anda miliki—rumah Anda, pekerjaan Anda,—dan bahkan baris-baris tulisan ini, hanya tersusun dari sinyal-sinyal listrik.


Dalam gambar ini, kita melihat seseorang yang merasakan dirinya sedang bermain ski di atas pegunungan, padahal sesungguhnya tidak terdapat ski ataupun salju. Perasaan yang dialaminya ini adalah tiruan yang sengaja dibuat.

Perkembangan teknologi masa kini telah memungkinkan manusia untuk merasakan suatu pengalaman yang nyata tanpa perlu adanya "dunia luar" atau "materi." Kemajuan sangat besar dalam teknologi virtual reality [kenyataan maya] telah menghasilkan sejumlah bukti-bukti yang secara khusus sangat meyakinkan.

Secara sederhana, virtual reality [kenyataan maya] adalah pemunculan gambar-gambar tiga dimensi yang dibangkitkan komputer, yang terlihat nyata dengan bantuan sejumlah peralatan tertentu. Teknologi ini, yang dapat diterapkan di berbagai bidang, dikenal sebagai "virtual reality" [kenyataan maya], "virtual world" [dunia maya], atau "virtual environment" [lingkungan maya]. Ciri terpentingnya adalah dengan menggunakan perangkat yang dirancang untuk tujuan tertentu, teknologi ini mampu menjadikan orang yang merasakan dunia maya tersebut terkecoh dan yakin bahwa yang dialaminya adalah nyata. Sejak beberapa tahun lalu, kata "immersive'' [tenggelam] telah mulai digunakan di depan istilah "virtual reality" [kenyataan maya], yang mencerminkan keadaan bahwa mereka yang menyaksikan kenyataan maya  benar-benar tenggelam dalam apa yang sedang mereka alami.

Penjelasan dari sistem dunia maya ini didasarkan pada panca indra manusia. Misalnya, ketika pengguna sistem dunia maya memakai sarung tangan khusus, perangkat di dalam sarung tangan tersebut mengalirkan sinyal-sinyal ke ujung-ujung jari. Ketika sinyal-sinyal ini diteruskan ke dan ditafsirkan oleh otak, pengguna tersebut merasakan bahwa dirinya sedang menyentuh kain sutra atau vas bunga yang penuh hiasan, lengkap dengan seluruh pernak pernik pada permukaannya—meskipun benda semacam itu pada kenyataannya tidak ada di sekitarnya.

Salah satu penerapan terpenting dari dunia maya adalah di bidang kedokteran. Universitas Michigan telah mengembangkan suatu teknologi untuk melatih para pembantu dokter—khususnya para karyawan di ruang gawat darurat—untuk melatih ketrampilan mereka di sebuah laboratorium dunia maya. Di sini, gambaran lingkungan sekitar diciptakan dengan memunculkan rincian seluk beluk sebuah ruang operasi pada lantai, dinding, dan langit-langit dari sebuah ruangan. "Gambar" ini disempurnakan dengan memunculkan sebuah meja operasi, lengkap dengan pasien yang akan dioperasi di atasnya, di bagian tengah ruangan. Para calon ahli bedah memakai kacamata 3-Dimensi mereka dan mulai melakukan operasi "maya" mereka. Dan siapa pun yang melihat gambar-gambar yang dipantulkan pada kacamata 3-Dimensi tidak dapat membedakan antara ruangan operasi sungguhan dengan ruangan maya ini.









Apakah Kita Hidup di Dalam Dunia Holografis?

New Scientist adalah salah satu majalah paling terkenal. Bahasan utama edisi 27 Maret 2002 majalah tersebut ditulis oleh ilmuwan J.R. Minkel, dengan judul "Hollow Universe." [Alam Semesta Kosong] "Why we all live in a hologram" [Mengapa kita semua hidup di dalam sebuah hologram], demikian bunyi judul utama sampul depan majalah itu. Ringkasnya, artikel tersebut menyatakan bahwa kita merasakan dunia ini sebagai sebuah paket cahaya. Oleh karena itu, adalah keliru jika menganggap materi sebagai wujud sesungguhnya yang memiliki keberadaan mutlak berdasarkan pemahaman yang kita dapatkan melalui panca indra. Minkel membuat pengakuan:
Anda memegang sebuah majalah. [Majalah] itu terasa padat; memiliki semacam keberadaan mandiri dan terpisah di dalam ruang. Sama halnya dengan benda-benda di sekeliling Anda—misalnya secangkir kopi, sebuah komputer. Mereka semua tampak nyata dan ada di luar sana di suatu tempat. Tapi semua itu adalah penampakan maya.
Artikel Minkel menyatakan bahwa sejumlalh ilmuwan menamakan gagasan ini sebagai "teori segalanya," dan para ilmuwan itu menganggap teori ini sebagai tahap pertama dalam menjelaskan sifat sesungguhnya dari alam semesta. Artikel majalah ini menjelaskan secara ilmiah bahwa kita merasakan keberadaan alam semesta sebagai sebuah bayangan atau penampakan di dalam otak kita dan karenanya kita tidak berhubungan langsung dengan materi itu sendiri.

Gangguan Sistem Pengindraan Dipulihkan dengan Sinyal Tiruan

Dalam edisi 11 Maret 2002, majalah Time menerbitkan sebuah tulisan berjudul "The Body Electric" [Listrik Tubuh], yang menyingkap perkembangan ilmiah penting. Artikel itu melaporkan, sejumlah ilmuwan menyatukan chip komputer dengan sistem saraf sejumlah pasien untuk memperbaiki kerusakan tetap pada indra mereka.

Dengan sistem baru yang mereka kembangkan, para peneliti di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang bertujuan memberikan alat penglihatan pada penderita kebutaan dan membantu sang pasien pulih kembali. Mereka telah mencapai separuh keberhasilan dengan sistem baru ini dengan mencangkokkan elektroda-elektroda di daerah terkait pada tubuh pasien, dan chip silikon digunakan untuk menghubungkan tangan dan kaki tiruan dengan jaringan hidup.

Akibat kecelakaan, seorang pasien asal Denmark bernama Brian Holgersen mengalami kelumpuhan dari leher ke bawah. Ia hanya dapat melakukan gerakan sangat terbatas pada kedua pundaknya, lengan kiri dan tangan kiri. Sebagaimana diketahui, kelumpuhan semacam ini disebabkan oleh kerusakan saraf tulang belakang pada leher dan punggung. Saraf-sarafnya mengalami kerusakan atau penyumbatan, sehingga menghentikan lalu lintas saraf antara otak dan otot, dan memutuskan komunikasi antara saraf-saraf yang meneruskan sinyal-sinyal yang mengalir bolak balik dari tubuh ke otak. Terhadap pasien ini, yang akan dilakukan adalah memulihkan bagian yang rusak pada saraf tulang belakang dengan pencangkokkan perangkat khusus, sehingga memungkinkan sinyal-sinyal dari otak mengembalikan sedikit kemampuan gerak pada lengan dan kaki.

Mereka menggunakan sebuah sistem yang dirancang untuk mengembalikan kemampuan gerak dasar tangan kiri, seperti menggenggam, memegang, dan melepaskan benda-benda. Dalam sebuah operasi, delapan elektroda lentur seukuran uang logam ditanam ke dalam otot-otot yang berperan dalam gerakan tersebut, yakni pada lengan kiri bagian atas, lengan bawah dan bahu pasien. Kemudian, kabel sangat halus menghubungkan elektroda-elektroda ini dengan sebuah stimulator [alat pembangkit rangsangan]—semacam pacemaker [alat pembangkit dan pengatur timbulnya rangsangan] untuk sistem saraf— yang ditanam pada dadanya. Alat pembangkit rangsangan ini kemudian dihubungkan dengan sebuah perangkat pengindra posisi yang direkatkan pada bahu kanan Holgersen—di mana ia masih dapat mengendalikan geraknya hingga batas tertentu.

Kini, ketika sang pasien ingin mengambil gelas, ia menggerakkan bahu kanannya ke atas. Gerakan ini mengirimkan sebuah sinyal listrik dari perangkat pengindra posisi, yang terpasang di bawah bajunya, ke alat pembangkit rangsangan di dalam dadanya, yang lallu memperkuat sinyal tersebut dan meneruskannya ke otot-otot terkait pada lengan dan tangannya. Sebagai tanggapan, otot-otot ini menegang, dan tangan kirinya pun menutup. Ketika ia hendak melepaskan gelas tersebut, ia menggerakkan bahu kanannya ke bawah, sehingga tangan kirinya membuka.

Universitas Louvain di Brussels menggunakan penerapan teknologi serupa terkait dengan penglihatan. Sel-sel batang dan kerucut seorang pasien mengalami kerusakan, sehingga menyebabkan retina menjadi tidak peka terhadap cahaya. Akibatnya, ia menjadi buta. Sebuah elektroda yang ditanam di sekeliling saraf matanya membantunya mendapatkan kembali sebagian kemampuan melihatnya.

Dalam kasus pasien ini, elektroda tersebut dihubungkan dengan alat pembangkit rangsangan yang ditempatkan di dalam sebuah rongga di dalam tempurung kepalanya. Sebuah kamera video, yang terpasang pada topi, meneruskan gambar yang diterimanya ke alat pembangkit rangsangan dalam bentuk sinyal-sinyal radio, tanpa melewati sel-sel batang dan kerucut yang rusak, dan mengirimkan sinyal-sinyal listrik langsung menuju ke saraf mata. Korteks visual pada otak menggabungkan kembali sinyal-sinyal ini untuk membentuk sebuah gambar. Apa yang dialami pasien dapat disamakan dengan melihat sebuah tiruan kecil papan iklan di gelanggang olah raga. Meskipun demikian mutu yang didapatkan sudah cukup untuk membuktikan bahwa sistem ini dapat diterapkan.

Sistem ini disebut "Microsystem-based Visual Prosthesis" [Organ Penglihatan Buatan Berdasarkan Sistem Mikro], sebuah perangkat yang ditanam untuk selamanya di dalam kepala pasien. Namun untuk menjadikan semuanya berfungsi, sang pasien harus pergi ke ruangan yang dirancang khusus di Universitas Louvain dan memakai sesuatu yang menyerupai topi renang yang rusak. Topi renang ini terbuat dari plastik dengan kamera video biasa yang dipasang di bagian depannya. Semakin besar ukuran pixel yang digunakan untuk membentuk sebuah gambar pada layar, maka semakin besar jumlah rangsangan listriknya; oleh karenanya, semakin baik pula mutu resolusi gambarnya.

Artikel yang sama merujuk pada sebuah pertunjukan menarik oleh seorang artis panggung yang memanfaatkan teknologi serupa:
Dalam sebuah pagelaran di tahun 1998, Stelarc menyambungkan tubuhnya sendiri dengan kabel secara langsung ke Internet. Tubuhnya dihubungkan dengan ujung-ujung elektroda—pada otot ujung bahu, otot bisep, otot penggerak sendi, tendon di belakang lutut dan otot betis—yang mengirimkan denyut listrik lemah, sekadar cukup untuk memicu otot-otot menegang dengan sendirinya. Elektroda-elektroda tersebut dihubungkan dengan sebuah komputer, yang kemudian dihubungkan melalui Internet dengan komputer-komputer di Paris, Helsinki dan Amsterdam. Dengan menekan berbagai bagian dari gambar tiruan tubuh manusia pada layar sentuh, para peserta di tiga tempat tersebut dapat membuat Stelarc melakukan apa saja yang mereka inginkan.
Teknologi ini, jika ukurannya dapat diperkecil sehingga dapat ditempatkan di dalam tubuh, akan membuka jalan bagi perkembangan menyeluruh di bidang kedokteran. Perkembangan ini memperlihatkan satu kenyataan penting lain: Dunia luar adalah gambar salinan yang kita saksikan di dalam otak kita…


Majalah New Scientist's edisi 27 April 2002 dengan berita utama, "Hollow Universe" dan judul utama, "Why we all live in a hologram."

Artikel terbitan Time tersebut memperlihatkan contoh-contoh nyata tentang bagaimana kita dapat menciptakan pengalaman melihat atau menyentuh sesuatu dengan rangsangan-rangsangan buatan. Bukti paling nyata adalah orang buta yang mampu melihat. Meskipun mata sang pasien tidak berfungsi, ia dapat melihat melalui sinyal-sinyal tiruan yang dibangkitkan
.


"The Body Electric,"
sebuah artikel di majalah Time edisi 11 Maret 2002, memuat bukti yang mengukuhkan bahwa dunia luar adalah gambar salinan di dalam otak kita.
Dapatkah Dunia Maya dari Sejumlah Film Disalin ke Dunia Nyata?

Dalam sebuah artikel berjudul "Life is a sim and then you're deleted" [Hidup adalah sebuah salinan dan kemudian Anda dihapus] yang diterbitkan majalah New Scientist edisi 27 Juli 2002, Michael Brooks menyatakan bahwa kita mungkin saja hidup di dunia maya yang tidak berbeda dengan yang ada dalam film Matrix: "Tidak perlu menunggu kemunculan Matrix 2. Anda bisa jadi sudah berada dalam simulasi komputer raksasa... Sudah pasti Anda berpendapat bahwa film The Matrix adalah khayalan. Tetapi itu hanya karena Anda dibuat untuk berpikiran seperti itu.."

Sang penulis, Brooks, mendukung pandangannya dengan menukil filsuf Nick Bostrom dari Universitas Yale, yang meyakini bahwa film-film Hollywood tersebut jauh lebih mendekati kenyataan daripada apa yang kita sadari. Ia pun melakukan perhitungan bahwa terdapat peluang kemungkinan bahwa kita sedang hidup dalam sebuah dunia tiruan atau maya sebagaimana yang ditayangkan oleh beberapa film.

Kenyataan ilmiah, yang dipahami jauh dengan baik dalam beberapa tahun belakangan, menunjukkan bahwa kita tidak berhubungan atau bersinggungan langsung dengan wujud materi itu sendiri. Hal ini telah menyebabkan manusia untuk merenung secara lebih mendalam. Perkembangan ini, yang seringkali menjadi ilham bagi sejumlah film, menunjukkan bahwa lingkungan maya menciptakan salinan kenyataan yang sedemikian nyata sehingga manusia mampu terkecoh dengan gambar atau bayangan yang tidak nyata ini.

Materialisme, Sebagaimana Filsafat Keliru Lainnya, Telah Runtuh

Filsafat materialisme telah ada sepanjang sejarah. Para penganutnya berpijak pada keberadaan materi yang dianggap mutlak sembari mengingkari keberadaan Tuhan, Yang menciptakan mereka dari ketiadaan dan juga menciptakan bagi mereka alam semesta yang mereka huni. Akan tetapi bukti yang jelas tersebut tidak lagi menyisakan ruang perdebatan. Dengan demikian, materi yang mereka jadikan landasan hidup, pemikiran, kebanggaan dan pengingkaran mereka, telah sirna.  Anehnya, melalui penelitian mereka sendiri, para ilmuwan materialis menemukan bahwa segala sesuatu yang mereka saksikan bukanlah materi itu sendiri, melainkan salinan atau gambar yang terbentuk di dalam otak. Dan dengan demikian, mereka sendiri telah meruntuhkan keyakinan materialis mereka.

Abad kedua puluh adalah titik balik dalam sejarah, di mana kebenaran nyata ini akan menyebar di seluruh kalangan manusia, dan materialisme akan terhapuskan dari muka bumi. Sebagian orang, yang berada dalam pengaruh filsafat materialisme, yang meyakini bahwa materi adalah mutlak, kini telah menyadari bahwa mereka sendiri adalah wujud maya, satu-satunya keberadaan mutlak hanyalah Allah, Yang Keberadaan-Nya meliputi segala yang ada. Kenyataan ini dinyatakan dalam salah satu ayat Al Qur'an:
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).  Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Aali 'Imraan, 3:18)

Dunia Ilmiah Berpaling Kepada Tuhan

Senin, 11 Januari 2010







"Karena orang-orang sudah pasti terpengaruh oleh saya, saya ingin berusaha dan memperbaiki kerusakan besar yang mungkin telah saya lakukan." (Anthony Flew)


Surat-surat kabar saat ini mengulang perkataan Anthony Flew yang dipenuhi penyesalan ini. Di masanya, Anthony Flew adalah filsuf ateis terkenal. Sebagai seorang profesor filsafat asal Inggris yang kini berusia 81 tahun, Anthony Flew memilih menjadi ateis di usia 15 tahun, dan pertama kali memunculkan namanya sendiri di dunia akademis dengan sebuah karya yang terbit di tahun 1950. Selama 54 tahun kemudian, ia mendukung ateisme sebagai pengajar di universitas Oxford, universitas Aberdeen, universitas Keele dan universitas Reading, di banyak universitas di America dan Kanada yang ia kunjungi, dalam berbagai debat, di buku-buku, di ruang-ruang kuliah dan dalam tulisan-tulisannya. Namun baru-baru ini, Anthony Flew telah mengumumkan bahwa ia telah meninggalkan kekeliruan ini dan menerima bahwa alam semesta telah diciptakan.

Penyebab utama dari perubahan pandangan yang sangat mendasar ini adalah bukti jelas dan pasti yang diungkap ilmu pengetahuan tentang penciptaan. Setelah mengetahui kerumitan makhluk hidup yang didasarkan pada keberadaan informasi, Anthony Flew menyadari bahwa asal usul yang sesungguhnya dari kehidupan adalah rancangan cerdas (intelligent design) dan bahwa ateisme yang telah dianut dan dipertahankannya selama 66 tahun adalah filsafat yang telah terbantahkan.

Anthony Flew mengemukakan alasan-alasan ilmiah yang mendasari perubahan keyakinan ini dalam ungkapan berikut:
  • Berdasarkan tingkat kerumitan yang hampir tak dapat dipercaya dari penataan yang dibutuhkan untuk memunculkan [kehidupan], penelitian para pakar biologi terhadap DNA telah menunjukkan bahwa suatu kecerdasan pastilah telah ikut campur tangan. 
  • Sudah terlampau sulit bahkan untuk memulai berpikir tentang membangun sebuah teori alamiah tentang evolusi makhluk hidup pertama yang dapat berkembang biak. 
  • Saya telah menjadi yakin bahwa sungguh mustahil makhluk hidup pertama berevolusi dari benda mati dan kemudian berkembang menjadi makhluk yang luar biasa rumitnya.
Penelitian DNA yang dikutip Anthony Flew sebagai alasan mendasar perubahan pandangannya telah benar-benar mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang penciptaan. Bentuk heliks (rantai ganda terpilin) dari molekul DNA , kode genetik yang ada padanya, susunan nukleotida yang menggugurkan teori kebetulan, kemampuan menyimpan sejumlah besar informasi, dan banyak penemuan mengejutkan lainnya telah mengungkapkan bahwa struktur dan fungsi-fungsi molekul ini dirancang bagi kehidupan dengan rancangan khusus. Ulasan para ilmuwan yang menggeluti penelitian DNA menjadi saksi atas fakta ini.

Contohnya adalah Francis Crick, salah seorang ilmuwan yang mengungkap bentuk heliks DNA. Dihadapkan pada penemuan tentang DNA, Francis Crick mengakui bahwa asal usul kehidupan mengisyaratkan sebuah keajaiban:
Seorang yang jujur, yang memiliki seluruh pengetahuan yang kini tersedia di hadapan kita, hanya dapat menyatakan bahwa dalam beberapa hal, asal usul kehidupan saat ini tampak hampir menyerupai sebuah keajaiban, sungguh banyak kondisi yang harus dipenuhi agar hal tersebut dapat terjadi.

Berdasarkan perhitungannya, Led Adleman dari Universitas Southern California di Los Angeles mengatakan bahwa satu gram DNA dapat menampung informasi sebanyak satu triliun CD. Gene Myers, seorang ilmuwan yang dipekerjakan pada Human Genome Project (Proyek Genom Manusia), mengatakan hal berikut ini ketika berhadapan dengan penataan menakjubkan DNA yang ia saksikan:
"Apa yang sungguh mengejutkan saya adalah arsitektur kehidupan... Sistemnya begitu teramat rumit. Sepertinya hal itu telah dirancang...Ada kecerdasan mahahebat di sana."




Fakta paling mengejutkan tentang DNA adalah bahwa keberadaan informasi genetik yang terkodekan (berupa sandi) sudah pasti tidak dapat dijelaskan dalam istilah materi dan energi atau hukum-hukum alamiah. Dr. Werner Gitt, profesor di Institut Fisika dan Teknologi Federal Jerman (the German Federal Institute of Physics and Technology), mengatakan berikut ini seputar masalah tersebut:
Sebuah sistem pengkodean (sistem sandi) selalu merupakan hasil dari suatu proses mental... Perlu ditegaskan bahwa materi saja tidak mampu memunculkan kode apa pun. Seluruh pengalaman menunjukkan bahwa dibutuhkan sebuah wujud yang mampu berpikir yang dengan kehendaknya sendiri menggunakan kemauan bebasnya, kemampuan memperoleh pengetahuan, dan kemampuan berkaryanya… Belum pernah ada hukum alamiah yang dengannya materi dapat memunculkan informasi, belum pernah ada pula proses fisika atau fenomena materi yang dapat melakukan hal ini.

Para ilmuwan dan filsuf pendukung penciptaan berperan besar dalam penerimaan perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang didukung oleh semua penemuan ini. Sebelumnya, Anthony Flew turut serta dalam sejumlah debat dengan para ilmuwan dan filsuf yang mendukung penciptaan, dan saling bertukar pikiran dengan mereka. Titik balik dalam proses tersebut adalah sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Metasaintifik (the Institute for Metascientific Research) di Texas pada bulan Mei 2003. Anthony Flew ikut serta bersama dengan pengarang Roy Abraham Varghese, pakar fisika dan biologi molekuler asal Israel Gerald Schroeder, dan filsuf Katolik Roma John Haldane. Anthony Flew terkesan oleh kuatnya bukti ilmiah yang mendukung penciptaan dan karakter meyakinkan dari argumen-argumen penentangnya, dan menanggalkan ateisme sebagai keyakinan setelah diskusi itu. Dalam surat yang ia tulis kepada majalah Inggris, Philosophy Now edisi Agustus-September 2003, ia memuji buku Schroeder "The Hidden Face of God: Science Reveals the Ultimate Truth" (Wajah Tersembunyi Tuhan: Ilmu Pengetahuan Menyingkap Kebenaran Hakiki) dan buku Varghese "The Wonderful World" (Dunia Yang Menakjubkan). Selama wawancara dengan profesor filsafat dan teologi Gary R. Habermas, yang juga berperan besar dalam merubah pandangannya, dan dalam video "Has Science Discovered God?" (Sudahkah Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan?), ia secara terbuka menyatakan bahwa ia percaya pada perancangan cerdas (intelligent design).

"Kecerdasan Meliputi Alam Semesta"dan Keruntuhan Ateisme


Di hadapan seluruh perkembangan ilmiah sebagaimana dipaparkan di atas, pengakuan adanya perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang terkenal sebagai pembela ateisme selama bertahun-tahun, mencerminkan sebuah pemandangan terakhir dalam proses keruntuhan yang dialami ateisme. Ilmu pengetahuan modern telah menyingkap keberadaan suatu "kecerdasan yang meliputi alam semesta", yang dengannya menyingkirkan ateisme.

Dalam bukunya "The Hidden Face of God" (Wajah Tersembunyi Tuhan), Gerald Schroeder, salah seorang ilmuwan pendukung penciptaan yang berpengaruh dalam merubah keyakinan  Anthony Flew, menulis:
"Sebuah kesadaran, kearifan universal, meliputi alam semesta. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan, khususnya yang meneliti sifat quantum dari materi penyusun atom, telah menggiring kita mendekati pemahaman yang mengejutkan: seluruh keberadaan adalah perwujudan dari kearifan ini. Di laboratorium-laboratorium, kita mendapatinya sebagai informasi yang pertama-tama secara fisik mewujud sebagai energi dan kemudian terpadatkan hingga menjadi bentuk materi. Setiap partikel, setiap wujud, dari atom hingga manusia, terlihat mewakili satu tingkatan dari informasi, dari kearifan."
Penelitian ilmiah terhadap cara kerja sel dan partikel-partikel penyusun atom materi telah mengungkap fakta ini tanpa dapat dibantah: Kehidupan dan alam semesta dimunculkan menjadi ada dari ketiadaan oleh kehendak dari suatu wujud yang memiliki kecerdasan dan kearifan yang mahatinggi. Tidak ada keraguan bahwa pemilik pengetahuan dan kecerdasan yang meliputi alam semesta di seluruh tingkatannya adalah Allah Yang Mahakuasa. Allah menyatakan kebenaran ini dalam Al Qur'an:

Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 2:115)

Diambil dari Kumpulan Artikel Harun Yahya.



Adzan Tak Kunjung Padam! Subhanallah!

Sabtu, 09 Januari 2010


Suka otak atik Youtube? Siapa yang tak kenal Youtube. Situs yang dikunjungi puluhan juta orang dalam sehari. Semua ada di sini. Dari yang berbobot sampai yang kurang kerjaan. Masih segar dalam ingatan kita video Marshanda yang diuploadnya ke situs layanan video terbesar sejagat ini. Dan tentu saja, langsung bikin gempar dunia artis Indonesia.

Namun satu hal yang perlu kita pahami, mengingat banyaknya program video editor di pasaran, tidak semua yang ada di Youtube bisa kita percayai mentah-mentah. Kita sebagai 'konsumen' harus jeli menilai mana yang bisa dipercayai dan mana yang hanya polesan sana sini alias 'propaganda'. Yang terakhir ini tak kalah banyaknya di Youtube.

Sebagai contoh coba anda masuk ke situs Youtube lalu ketikkan “Kebesaran Allah” di kotak pencarian. Disitu akan anda temui semua hal yang sifatnya gaib. Haruskah kita percaya dengan semua itu. Wallahu a'lam. Yang jelas Allah dalam kitabnya juga telah berfirman bahwa Allah tidak malu untuk menunjukkan hal yang remeh atau yang kelihatannya tak ada faedahnya sama sekali kepada manusia sebagai perumpamaan. Namun sekali lagi, kita tidak bisa percaya 100% begitu saja. Harus ada pembuktian tentang waktu dan tempat kejadian-kejadian itu berlaku.

Coba juga anda masukkan kata “Siksa Kubur”. Begitu banyak video yang berkaitan dengan tema ini. Lagi-lagi kita harus jeli menilai mana yang rekaman asli dan mana yang karangan belaka. Kami tidak cukup berkompeten untuk memberi penilaian.

Nah! Satu dari sekian contoh video yang layak dipercayai dan bisa kita buktikan bersama adalah tentang fenomena adzan. Pernahkah kita bayangkan bahwa adzan bergema 24 jam penuh dalam sehari. Yang  berarti  juga sepanjang waktu tanpa henti. Saling sahut menyahut dari Indonesia ke Malaysia ke Burma terus ke kawasan Asia lainnya sampai ke  Timur Tengah. Lalu menuju Benua Eropa dan Benua Amerika. Belum selesai adzan menjelajahi pantai Atlantik Adzan Dhuhur telah terdengar kembali di kawasan timur Indonesia.






Bermula ketika fajar menyingsing di sisi timur Sulawesi, di sekitar 5:30 waktu setempat, Adzan Subuh mulai dikumandangkan. Ribuan Muadzin di kawasan timur Indonesia mulai mengumandangkan Takbir Kebesaran Allah. Proses itu terus berlangsung dan bergerak ke arah barat kepulauan Indonesia. Perbedaan waktu antara timur dan barat pulau-pulau di Indonesia adalah satu jam.

Oleh karena itu, satu jam setelah adzan selesai di Sulawesi, maka adzan segera bergema di Jakarta, disusul pulau Sumatra. Dan adzan belum berakhir di Indonesia, maka ia sudah dimulai di Malaysia. Burma adalah di baris berikutnya, dan dalam waktu beberapa jam dari Jakarta, maka adzan mencapai Dacca, ibukota Bangladesh. Dan begitu adzan berakhir di Bangladesh, maka ia ia telah dikumandangkan di barat India, dari Kalkuta ke Srinagar. Kemudian terus menuju Bombay dan seluruh kawasan India.

Srinagar dan Sialkot (sebuah kota di Pakistan utara) memiliki waktu adzan yang sama. Perbedaan waktu antara Sialkot, Kota, Karachi dan Gowadar (kota di Baluchistan, sebuah provinsi di Pakistan) adalah empat puluh menit, dan dalam waktu ini, Adzan Fajar telah terdengar di Pakistan. Sebelum berakhir di sana, ia telah dimulai di Afghanistan dan Muscat. Perbedaan waktu antara Muscat dan Baghdad adalah satu jam. Adzan kembali terdengar selama satu jam di wilayah Hijaz al-Muqaddas (Makkah dan Madinah), Yaman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Irak.

Perbedaan waktu antara Bagdad dan Iskandariyah di Mesir adalah satu jam. Adzan terus bergema di Siria, Mesir, Somalia dan Sudan selama jam tersebut. Iskandariyah dan Istanbul terletak di bujur geografis yang sama. Perbedaan waktu antara timur dan barat Turki adalah satu setengah jam, dan pada saat ini seruan shalat dikumandangkan.

Iskandariyah dan Tripoli (ibukota Libya) terletak di lokasi waktu yang sama. Proses panggilan adzan terus berlangsung melalui seluruh kawasan Afrika. Oleh karena itu, kumandang keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw yang dimulai dari bagian timur pulau Indonesia itu tiba di pantai timur Samudera Atlantik setelah sembilan setengah jam.

Sebelum adzan mencapai pantai Atlantik, kumandang Adzan Zhuhur telah dimulai di kawasan timur Indonesia, dan sebelum mencapai Dacca, Adzan Ashar telah dimulai. Dan begitu adzan mencapai Jakarta setelah kira-kira satu setengah jam kemudian, maka waktu Maghrib menyusul. Dan tidak lama setelah waktu Maghrib mencapai Sumatera, maka waktu Adzan Isya telah dimulai di Sulawesi! Bila Muadzin di Indonesia mengumandangkan Adzan Fajar, maka muadzin di Afrika mengumandangkan Adzan untuk Isya.

Fenomena ini telah berlangsung sejak lama dan Insya Allah akan terus berlangsung hingga hari kiamat. Dan fenomena ini, meskipun bisa dijelaskan secara ilmiah, tetap saja menggelitik status kemanusiaan kita yang lemah akan adanya satu kekuatan luar biasa yang berkuasa dengan sebenarnya. Sisi lain kehidupan yang secara gamblang menunjukkan kekuasaan dan kebesaran Sang Pencipta. Yang mengatur peredaran Bumi,  Bulan dan Matahari dan seluruh alam semesta. Allahu Akbar!!!

Silahkan download videonya melalui ziddu. Klik disini.

Galeri Cerpen: Robohnya Surau Kami

Selasa, 05 Januari 2010




Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.

Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih di kenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum.

---0O0---


Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari.

Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak di jaga lagi. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah kisahnya.

Sekali hari aku datang pula mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Di sudut benar ia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya. Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang mengamuk pikirannya. Sebuah belek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu. Kemudian aku duduk disampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek,

"Pisau siapa, Kek?"
"Ajo Sidi."
"Ajo Sidi?"

Kakek tak menyahut. Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya. Ada-ada saja orang-orang di sekitar kampungku yang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya. Ketika sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak, dan kebetulan ada pula seorang yang ketagihan menjadi pemimpin berkelakuan seperti katak itu, maka untuk selanjutnya pimpinan tersebut kami sebut pimpinan katak.

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi telah membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan Kakek? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi. "Apa ceritanya, Kek?"

"Siapa?"
"Ajo Sidi."
"Kurang ajar dia," Kakek menjawab.
"Kenapa?"
"Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggoroh tenggorokannya."
"Kakek marah?"
"Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku menyerahkan diri kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal."

Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi Kakek, "Bagaimana katanya, Kek?"

Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya bercerita barangkali. Karena aku telah berulang-ulang bertanya, lalu ia yang bertanya padaku, "Kau kenal padaku, bukan? Sedari kau kecil aku sudah disini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua, bukan Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?"

Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu, kalau Kakek sudah membuka mulutnya, dia takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaannya sendiri.

"Sedari muda aku di sini, bukan? Tak kuingat punya isteri, punya anak, punya keluarga seperti orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahu wataala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih dan penyayang kepada umatnya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya.  

Alhamdulillah kataku bila aku menerima karunia-Nya.
Astagfirullah kataku bila aku terkejut.  
Masya Allah kataku bila aku kagum. Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk."


---0O0---


Ketika Kakek terdiam agak lama, aku menyelakan tanyaku, "Ia katakan Kakek begitu, Kek?"
"Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya."

Dan aku melihat mata Kakek berlinang. Aku jadi belas kepadanya. Dalam hatiku aku mengumpati Ajo Sidi yang begitu memukuli hati Kakek. Dan ingin tahuku menjadikan aku nyinyir bertanya. Dan akhirnya Kakek bercerita lagi.

"Pada suatu waktu, ‘kata Ajo Sidi memulai,‘di akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yang diperiksa. Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia di namai Haji Saleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan di masukkan ke dalam surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk ke surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan  ‘selamat ketemu nanti’. Bagai tak habis-habisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.

Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.

‘Engkau?’
‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.’
‘Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia.’
‘Ya, Tuhanku.’
‘Apa kerjamu di dunia?’
‘Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.’
‘Lain?’
‘Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu.’
‘Lain.’
‘Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu, menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkan umat-Mu.’
‘Lain?’

Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan. Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belum di katakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.
‘Lain lagi?’ tanya Tuhan.
‘Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih dan Penyayang, Adil dan Mahatahu.’ Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasat merendahkan diri dan memuji Tuhan dengan pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut terhadapnya dan tidak salah tanya kepadanya.
Tapi Tuhan bertanya lagi: ‘Tak ada lagi?’
‘O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu.’
‘Lain?’
‘Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada yang lupa aku katakan, aku pun bersyukur karena Engkaulah Mahatahu.’
‘Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan tadi?’
‘Ya, itulah semuanya, Tuhanku.’
‘Masuk kamu.’
Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kenapa ia di bawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang di kehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap. Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.

‘Bagaimana Tuhan kita ini?’ kata Haji Saleh kemudian, ‘Bukankah kita di suruh-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.’

‘Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat,’ kata salah seorang diantaranya.
‘Ini sungguh tidak adil.’
‘Memang tidak adil,’ kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.
‘Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.’
‘Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.’
‘Benar. Benar. Benar.’ Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.
‘Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?’ suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu.
‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.
‘Apa kita revolusikan juga?’ tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.
‘Itu tergantung kepada keadaan,’ kata Haji Saleh.  ‘Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.’
‘Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita perolah,’ sebuah suara menyela.
‘Setuju. Setuju. Setuju.’ Mereka bersorak beramai-ramai.

Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan. Dan Tuhan bertanya, ‘Kalian mau apa?’



---0O0---


Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama rendah, ia memulai pidatonya:  ‘O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembahmu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu,mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau memasukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang kaujatuhkan kepada kami Engkau cabut dan agar Engkau masukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam Kitab-Mu.’
‘Kalian di dunia tinggal di mana?’ tanya Tuhan.
‘Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.’
‘O, di negeri yang tanahnya subur itu?’
‘Ya, benarlah itu, Tuhanku.’
‘Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan?’

‘Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.’ Mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.
‘Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga tanaman tumbuh tanpa di tanam?’
‘Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.’
‘Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?’

‘Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.’
‘Negeri yang lama diperbudak negeri lain?’
‘Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.’
‘Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut ke negerinya, bukan?’
‘Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.’
‘Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’
‘Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.’
‘Engkau rela tetap melarat, bukan?’
‘Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.’
‘Karena keralaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?’
‘Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.’
‘Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak di masukkan ke hatinya, bukan?’
‘Ada, Tuhanku.’
‘Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!"

Semua menjadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yang akan di kerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu.

‘Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?’ tanya Haji Saleh.
‘Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.’

Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.

Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.
"Siapa yang meninggal?" tanyaku kagut.
"Kakek."
"Kakek?"
"Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur."
"Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara," kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang.  Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa dengan istrinya saja. Lalu aku tanya dia.
"Ia sudah pergi," jawab istri Ajo Sidi.
"Tidak ia tahu Kakek meninggal?"
"Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis."
"Dan sekarang," tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab, "dan sekarang kemana dia?"
"Kerja."
"Kerja?" tanyaku mengulangi hampa.
"Ya, dia pergi kerja."

TAMAT


Karya:  A.A. Navis

Cerita ini hanya fiktif belaka. Semua kejadian di dalamnya tidak (akan pernah) sama dengan kenyataannya. Namun ada pelajaran menarik yang patut disimak.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
free counters